Ada banyak hal yang harus kita lakukan setelah beriman kepada Allah. Sebagaimana yang telah kita ketahui, iman itu bukan sekedar ikrar sebatas lisan saja. Iman harus juga dibuktikan dengan perbuatan. Termasuk di sini adalah perbutan-perbuatan yang kaitannya dengan hati. Hal inilah yang kita sebut dengan amalan sebagai bentuk pembuktian keimanan. Nah, di sini yang akan kami sebutkan beberapa amalan hati yang terbesar:
1. Mahabbatullah atau mencintai Allah.
Mencintai Allah adalah inti dari
keimanan kita kepada Allah. Keimanan tidak ada artinya tanpa ada rasa cinta
kepada Allah. Seberapapun banyak amalan kita, jika itu tidak ada landasan
cinta. Semua itu akan sia-sia tidak berguna. Sehingga perlu bagi kita untuk
bertanya kepada diri kita, “adakah rasa cinta kepada Allah dalam hati kita?”
Diantara ayat-ayat yang membicarakan
cinta kepada Allah adalah,
قُلْ إِن كُنتُمْ
تُحِبُّونَ اللّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ
ذُنُوبَكُمْ وَاللّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ -٣١-
Artinya: “Katakanlah (Muhammad),
“Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah Mencintaimu dan
Mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (Qs. Ali
Imran: 31)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُواْ مَن يَرْتَدَّ مِنكُمْ عَن دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللّهُ بِقَوْمٍ
يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى
الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللّهِ وَلاَ يَخَافُونَ لَوْمَةَ لآئِمٍ
ذَلِكَ فَضْلُ اللّهِ يُؤْتِيهِ مَن يَشَاءُ وَاللّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ -٥٤-
Artinya: “Wahai orang-orang yang
beriman! Barangsiapa di antara kamu yang murtad (keluar) dari agamanya, maka
kelak Allah akan Mendatangkan suatu kaum, Dia Mencintai mereka dan mereka pun
mencintai-Nya, dan bersikap lemah lembut terhadap orang-orang yang beriman,
tetapi bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah,
dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia
Allah yang Diberikan-Nya kepada siapa yang Dia Kehendaki. Dan Allah Maha Luas
(pemberian-Nya), Maha Mengetahui. (Qs. al-Maidah: 54)
قُلْ إِن كَانَ
آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ
وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ
تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ اللّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي
سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُواْ حَتَّى يَأْتِيَ اللّهُ بِأَمْرِهِ وَاللّهُ لاَ يَهْدِي
الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ -٢٤-
Artinya: “Katakanlah, “Jika
bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, keluargamu, harta
kekayaan yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan
rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai daripada Allah
dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah
Memberikan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
fasik. (Qs. at-Taubah: 24)
2. Al-Khaufu
minallah atau
takut kepada Allah.
Selain cinta adalagi amalan hati yang
harus dilakukan oleh orang yang beriman. Karena cinta saja tidak cukup, harus
dibarengi juga dengan rasa takut juga kepada Allah. Karena rasa takut kepada
Allah akan membuat seseorang berhati-hati dengan perintah Allah. Dia akan
berfikir, jangan sampai melanggar larangan Allah atau abai terhadap
perintah-Nya. Meskipun sebenarnya ini sudah menjadi konsekuensi bagi seseorang
yang mencintai Allah.
Meninggalkan perintah Allah atau
mengerjakan larangannya memiliki hukuman yang berat. Dia akan dijauhkan dari
surga dan dibakar dengan api neraka selama-lamanya. Emang kalau sudah begini
siapa yang bakalan tahan. Allah sendiri telah memperingatkan kepada hambanya
dalam al-Qur’an,
وَمِنْ حَيْثُ خَرَجْتَ
فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُ مَا كُنتُمْ فَوَلُّواْ
وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ لِئَلاَّ يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَيْكُمْ حُجَّةٌ إِلاَّ
الَّذِينَ ظَلَمُواْ مِنْهُمْ فَلاَ تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِي
وَلأُتِمَّ نِعْمَتِي عَلَيْكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ -١٥٠-
Artinya: “Dan dari mana pun engkau
(Muhammad) keluar, maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana
saja kamu berada, maka hadapkanlah wajahmu ke arah itu, agar tidak ada alasan
bagi manusia (untuk menentangmu), kecuali orang-orang yang zalim di antara
mereka. Janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, agar Aku
Sempurnakan nikmat-Ku kepadamu, dan agar kamu mendapat petunjuk. (Qs. Al-Baqarah:
150)
إِنَّمَا ذَلِكُمُ
الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءهُ فَلاَ تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِن كُنتُم
مُّؤْمِنِينَ -١٧٥-
Artinya: “Sesungguhnya mereka
hanyalah setan yang menakut- nakuti (kamu) dengan teman-teman setianya, karena
itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu
orang-orang beriman.” (Qs. Ali Imran: 175)
يَخَافُونَ رَبَّهُم
مِّن فَوْقِهِمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ -٥٠-
Artinya: “Mereka takut kepada
Tuhan yang (berkuasa) di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan
(kepada mereka). (Qs. an-Nahl: 50)
الَّذِينَ يُبَلِّغُونَ
رِسَالَاتِ اللَّهِ وَيَخْشَوْنَهُ وَلَا يَخْشَوْنَ أَحَداً إِلَّا اللَّهَ
وَكَفَى بِاللَّهِ حَسِيباً -٣٩-
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang
menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan tidak merasa
takut kepada siapa pun selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pembuat
perhitungan.” (Qs. al-Ahzab: 39)
تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ
عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفاً وَطَمَعاً وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ
يُنفِقُونَ -١٦-
Artinya:
“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, mereka berdoa kepada Tuhan-nya
dengan rasa takut dan
penuh harap, dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami Berikan kepada
mereka.” (Qs.
al-Sajadah: 16)
3. Raja’ullah,
atau
mengharapkan Allah.
Amalan hati yang satu ini akan
bermanfaat bagi hamba yang pendosa. ketika seorang hamba menyadari bahwa
dirinya adalah pendosa berat, penikmat masiat, sehingga besar kemungkinan akan
berputus asa berputus asa dari rahmat Allah. Padahal putus asa dari rahmat
Allah itu sebuah kekeliruan. Sehingga amalan hati berupa rajaullah ini
sangat penting. seorang hamba harus selalu berharap penuh kepada Allah tentang
perbuatan dosanya. Sebab, jika ia mau bersungguh-sungguh dalam memohon ampun
kepada Allah, pasti Dia akan memberikan ampunan.
Amalan raja’ullah juga berguna
ketika seorang hamba yang gemar beribadah. Ketika seorang hamba beramal ibadah
kepada-Nya. Meskipun dalam mengerjakannya, ada banyak kekurangan dan
ketidaksempurnaan, selama itu sudah merupakan usaha maksimal dari kita, kita
tetap boleh—bahkan harus—mengharapkan Allah. Mengharapkan rahmat-Nya.
Mengharapkan ridha-Nya. Mengharapkan balasan surga dari-Nya.
Di antara ayat-ayat yang berbicara
tentang raja` adalah:
إِنَّ الَّذِينَ
آمَنُواْ وَالَّذِينَ هَاجَرُواْ وَجَاهَدُواْ فِي سَبِيلِ اللّهِ أُوْلَـئِكَ
يَرْجُونَ رَحْمَتَ اللّهِ وَاللّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ -٢١٨-
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang
yang beriman, dan orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah,
mereka itulah yang mengharapkan rahmat Allah. Allah Maha Pengampun, Maha
Penyayang. (Qs. Al-Baqarah: 218)
أُولَـئِكَ الَّذِينَ
يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ
وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ
مَحْذُوراً -٥٧-
Artinya: “Orang-orang yang mereka
seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan siapa di antara mereka yang
lebih dekat (kepada Allah). Mereka mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan
azab-Nya. Sungguh, azab Tuhan-mu itu sesuatu yang (harus) ditakuti.” (Qs.
Al-Isra`: 57)
أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ
آنَاء اللَّيْلِ سَاجِداً وَقَائِماً يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ
رَبِّهِ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ
إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُوْلُوا الْأَلْبَابِ -٩-
Artinya: “(Apakah kamu orang
musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah pada waktu malam
dengan sujud dan berdiri, karena takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan
rahmat Tuhan-nya? Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan
orang-orang yang tidak mengetahui?” Sebenarnya hanya orang yang berakal sehat
yang dapat menerima pelajaran” (Qs. Az-Zumar: 9)
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ
أَسْرَفُوا عَلَى أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ
يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعاً إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ -٥٣-
Artinya: “Katakanlah, “Wahai
hamba- hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah
kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah Mengampuni dosa-dosa semuanya.
Sungguh, Dia-lah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Qs. al-Zumar: 53)
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ
فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ
الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيراً -٢١-
Artinya: “Sungguh, telah ada pada
(diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat
Allah.” (Qs. Al-Ahzab: 21)
4. Ikhlash.
Ikhlas adalah amalan hati yang
menjadi ukuran diterimanya amalan badan. Setiap ucapan dan amal anggota badan
harus dilakukan dengan ikhlas, jika seseorang ingin keduanya dicatat sebagai
kebaikan. Tanpa ikhlash, sebesar apa pun amal ditunaikan, tidak akan bernilai
bagi yang menunaikannya.
Ikhlas secara bahasa artinya murni.
Dalam konteks amalan hati, ikhlas artinya mengerjakan amalan dengan tendensi
murni hanya karena Allah. Hanya mengharapkan ridha Allah dan berbagai kebaikan
yang diperkenankan oleh Allah untuk kita harapkan bersama ridha-Nya—seperti
jannah, ketentraman hidup, berbagai kemaslahatan, dan lain sebagainya.
Ada banyak ayat yang berbicara tentang
ikhlash. Di antaranya:
وَقَالُواْ كُونُواْ
هُوداً أَوْ نَصَارَى تَهْتَدُواْ قُلْ بَلْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفاً وَمَا
كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ -١٣٥- قُولُواْ آمَنَّا بِاللّهِ وَمَا أُنزِلَ
إِلَيْنَا وَمَا أُنزِلَ إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ
وَيَعْقُوبَ وَالأسْبَاطِ وَمَا أُوتِيَ مُوسَى وَعِيسَى وَمَا أُوتِيَ
النَّبِيُّونَ مِن رَّبِّهِمْ لاَ نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّنْهُمْ وَنَحْنُ
لَهُ مُسْلِمُونَ -١٣٦- فَإِنْ آمَنُواْ بِمِثْلِ مَا آمَنتُم بِهِ فَقَدِ
اهْتَدَواْ وَّإِن تَوَلَّوْاْ فَإِنَّمَا هُمْ فِي شِقَاقٍ فَسَيَكْفِيكَهُمُ
اللّهُ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ -١٣٧- صِبْغَةَ اللّهِ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ
اللّهِ صِبْغَةً وَنَحْنُ لَهُ عَابِدونَ -١٣٨- قُلْ أَتُحَآجُّونَنَا
فِي اللّهِ وَهُوَ رَبُّنَا وَرَبُّكُمْ وَلَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ
أَعْمَالُكُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُخْلِصُونَ -١٣٩-
Artinya: “Dan mereka berkata,
“Jadilah kamu (penganut) Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk.”
Katakanlah, “(Tidak!) Tetapi (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus dan dia
tidak termasuk golongan orang yang mempersekutukan Tuhan.” - Katakanlah, “Kami
beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami, dan kepada apa
yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma‘il, Ishaq, Ya‘qub dan anak cucunya, dan
kepada apa yang diberikan kepada Musa dan ‘Isa serta kepada apa yang diberikan kepada
nabi-nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara
mereka, dan kami berserah diri kepada-Nya.” - Maka jika mereka telah beriman
sebagaimana yang kamu imani, sungguh, mereka telah mendapat petunjuk. Tetapi
jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (denganmu),
maka Allah Mencukupkan engkau (Muhammad) terhadap mereka (dengan
pertolongan-Nya). Dan Dia Maha Mendengar, Maha Mengetahui. - “Sibghah Allah.”
Siapa yang lebih baik sibghah-nya daripada Allah? Dan kepada-Nya kami
menyembah. - Katakanlah (Muhammad), “Apakah kamu hendak berdebat dengan kami
tentang Allah, padahal Dia adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amalan
kami, bagi kamu amalan kamu, dan hanya kepada-Nya kami dengan tulus mengabdikan
diri. (Qs. al-Baqarah: 135-139)
وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهِ
وَهَمَّ بِهَا لَوْلا أَن رَّأَى بُرْهَانَ رَبِّهِ كَذَلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ
السُّوءَ وَالْفَحْشَاء إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ -٢٤-
Artinya: “Dan sungguh, perempuan itu
telah berkehendak kepadanya (Yusuf). Dan Yusuf pun berkehendak kepadanya,
sekiranya dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya Demikianlah, Kami Palingkan
darinya keburukan dan kekejian. Sungguh, dia (Yusuf) termasuk hamba Kami yang
terpilih. (Qs. Yusuf: 24)
أَلَمْ تَرَ أَنَّ
الْفُلْكَ تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِنِعْمَتِ اللَّهِ لِيُرِيَكُم مِّنْ آيَاتِهِ
إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِّكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ -٣١- وَإِذَا غَشِيَهُم
مَّوْجٌ كَالظُّلَلِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ
فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ فَمِنْهُم مُّقْتَصِدٌ وَمَا يَجْحَدُ
بِآيَاتِنَا إِلَّا كُلُّ خَتَّارٍ كَفُورٍ -٣٢-
Artinya: “Tidakkah engkau
memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di laut dengan nikmat
Allah, agar diperlihatkan-Nya kepadamu sebagian dari tanda-tanda
(kebesaran)-Nya. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda
(kebesaran)-Nya bagi setiap orang yang sangat sabar dan banyak bersyukur. Dan
apabila mereka digulung ombak yang besar seperti gunung, mereka menyeru Allah
dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya. Tetapi ketika Allah Menyelamatkan
mereka sampai di daratan, lalu sebagian mereka tetap menempuh jalan yang lurus.
Adapun yang mengingkari ayat-ayat Kami hanyalah pengkhianat yang tidak
berterima kasih. (Qs. Luqman: 31-32)
ثُمَّ خَلَقْنَا
النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ
عِظَاماً فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْماً ثُمَّ أَنشَأْنَاهُ خَلْقاً آخَرَ
فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ -١٤-
Artinya: “Dan apabila mereka
digulung ombak yang besar seperti gunung, mereka menyeru Allah dengan tulus
ikhlas beragama kepada-Nya. Tetapi ketika Allah Menyelamatkan mereka sampai di
daratan, lalu sebagian mereka tetap menempuh jalan yang lurus. Adapun yang
mengingkari ayat-ayat Kami hanyalah pengkhianat yang tidak berterima kasih.”
(Qs. al-Mukmin: 14)
إِنَّا أَنزَلْنَا
إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصاً لَّهُ الدِّينَ -٢-
Artinya: “Sesungguhnya Kami
Menurunkan Kitab (al-Quran) kepadamu (Muhammad) dengan (membawa) kebenaran.
Maka sembahlah Allah dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya.” (Qs.
Az-Zumar: 2)
قُلْ إِنِّي أُمِرْتُ
أَنْ أَعْبُدَ اللَّهَ مُخْلِصاً لَّهُ الدِّينَ -١١- وَأُمِرْتُ لِأَنْ أَكُونَ
أَوَّلَ الْمُسْلِمِينَ -١٢-
Artinya: ” Katakanlah,
“Sesungguhnya aku diperintahkan agar menyembah Allah dengan penuh ketaatan
kepada-Nya dalam (menjalankan) agama.- Dan aku diperintahkan agar menjadi orang
yang pertama-tama berserah diri.”(Qs. Az-Zumar: 11-12)
إِلاَّ عِبَادَكَ
مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ -٤٠-
Artinya: “kecuali hamba-hamba-Mu
yang terpilih di antara mereka.” (Qs. al-Hijr: 40)
Ikhlas itu tidak sama dengan rela.
Meski kedua hal tersebut sama-sama amalan hati. Sebagai gambaran, bisa saja
ketika seseorang dimintai tolong oleh saudara yang lain, kemudian dia menolong
dengan rela, tapi belum tentu ikhlas. Ketika dia menceritakan kerelaannya
kepada orang lain atau dia memberikannya di depan orang banyak, atau dia
berbangga diri bisa menolong saudara, seketika itu pula ia kehilangan
keikhlasan. Dia terjangkiti sum’ah, riya’, dan ‘ujub—beberapa penyakit hati
perusak keikhlashan.
5. Tawakkal.
Tawakkal adalah amalan hati. Tawakkal
yaitu memasrahkan memasrahkan urusan hasil kepada Allah setelah seseorang
bekerja atau berusaha secara maksimal. Tawakal bukan diucapkan atau dilakukan
dengan anggota badan.
Tawakkal itu harus benar-benar
memasrahkan urusan hasil kepada Allah. Tidak disebut tawakkal ketika
menyerahkan hasil kepada manusia lain. Tidak juga disebut dengan tawakkal ketika
seseorang berpasrah dengan produk yang “bermanfaat” yang mudah dijumpai, dan
lain sebagainya. Tidak juga disebut dengan tawakkal ketika hanya berpasrah
kepada usaha diri sendiri. Akibatnya, keberhasilan diri dianggap sebagai hasil
usaha diri sendiri—meniadakan kehadiran eksistensi Allah dalam keberhasilannya.
Padahal tanpa bantuan-Nya, tak ada kebaikan yang terjadi. Atau juga tidak juga
disebut tawakkal ketika seseorang tidak bekerja dan tidak berusaha.
Ada banyak sekali ayat-ayat al-Quran
yang berbicara tentang tawakal. Di antaranya:
إِذْ هَمَّت
طَّآئِفَتَانِ مِنكُمْ أَن تَفْشَلاَ وَاللّهُ وَلِيُّهُمَا وَعَلَى اللّهِ
فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ -١٢٢-
Artinya: “ketika dua golongan dari
pihak kamu ingin (mundur) karena takut, padahal Allah adalah Penolong mereka.
Karena itu, hendaklah kepada Allah saja orang-orang Mukmin bertawakal. (Qs.
Ali ‘Imran: 122)
قَالَ رَجُلاَنِ مِنَ
الَّذِينَ يَخَافُونَ أَنْعَمَ اللّهُ عَلَيْهِمَا ادْخُلُواْ عَلَيْهِمُ الْبَابَ
فَإِذَا دَخَلْتُمُوهُ فَإِنَّكُمْ غَالِبُونَ وَعَلَى اللّهِ فَتَوَكَّلُواْ إِن
كُنتُم مُّؤْمِنِينَ -٢٣-
Artinya: “Berkatalah dua orang
laki-laki di antara mereka yang bertakwa, yang telah diberi nikmat oleh Allah,
“Serbulah mereka melalui pintu gerbang (negeri) itu. Jika kamu memasukinya
niscaya kamu akan menang. Dan bertawakallah kamu hanya kepada Allah, jika kamu orang-orang
beriman.” (Qs. Al-Maidah: 23)
وَيَرْزُقْهُ مِنْ
حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ
اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْراً -٣-
Artinya: “Dan Dia Memberinya
rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal
kepada Allah, niscaya Allah akan Mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah
Melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah Mengadakan ketentuan bagi setiap
sesuatu.” (Qs. Ath-Thalaq: 3)
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ
أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ
إِنَّا بُرَاء مِنكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ
وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاء أَبَداً حَتَّى
تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ إِلَّا قَوْلَ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ
لَأَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ وَمَا أَمْلِكُ لَكَ مِنَ اللَّهِ مِن شَيْءٍ رَّبَّنَا
عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ -٤-'
Artinya: “Sungguh, telah ada suri
teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengannya,
ketika mereka berkata kepada kaumnya, “Sesungguhnya kami berlepas diri dari
kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami mengingkari (kekafiran)mu
dan telah nyata antara kami dan kamu ada permusuhan dan kebencian buat
selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja,” kecuali perkataan
Ibrahim kepada ayahnya, “Sungguh, aku
akan memohonkan ampunan bagimu, namun aku sama sekali tidak dapat menolak
(siksaan) Allah terhadapmu.” (Ibrahim berkata), “Ya Tuhan kami, hanya kepada
Engkau kami bertawakal dan hanya kepada Engkau kami bertobat dan hanya kepada
Engkau-lah kami kembali,” (Qs. Al-Mumtahanah: 4)
قُلْ هُوَ الرَّحْمَنُ
آمَنَّا بِهِ وَعَلَيْهِ تَوَكَّلْنَا فَسَتَعْلَمُونَ مَنْ هُوَ فِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ
-٢٩-
Artinya:
“Katakanlah, “Dia-lah Yang Maha Pengasih, kami beriman kepada-Nya dan
kepada-Nya kami bertawakal. Maka kelak kamu akan tahu siapa yang berada
dalam kesesatan yang nyata.” (Qs. Al-Mulk: 29)
فَتَوَكَّلْ عَلَى
اللَّهِ إِنَّكَ عَلَى الْحَقِّ الْمُبِينِ -٧٩-
Artinya: “Maka bertawakallah
kepada Allah, sungguh engkau (Muhammad) berada di atas kebenaran yang nyata.” (Qs.
An-Naml:79)
وَيَقُولُونَ طَاعَةٌ
فَإِذَا بَرَزُواْ مِنْ عِندِكَ بَيَّتَ طَآئِفَةٌ مِّنْهُمْ غَيْرَ الَّذِي
تَقُولُ وَاللّهُ يَكْتُبُ مَا يُبَيِّتُونَ فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ وَتَوَكَّلْ
عَلَى اللّهِ وَكَفَى بِاللّهِ وَكِيلاً -٨١-
Artinya: “Dan mereka (orang-orang
munafik) mengatakan, “(Kewajiban kami hanyalah) taat.” Tetapi, apabila mereka
telah pergi dari sisimu (Muhammad), sebagian dari mereka mengatur siasat di
malam hari (mengambil keputusan) lain dari yang telah mereka katakan tadi.
Allah Mencatat siasat yang mereka atur di malam hari itu, maka berpalinglah
dari mereka dan bertawakallah kepada Allah. Cukuplah Allah yang menjadi
Pelindung.” (Qs. An-Nisa`: 81)
وَتَوَكَّلْ عَلَى
الْحَيِّ الَّذِي لَا يَمُوتُ وَسَبِّحْ بِحَمْدِهِ وَكَفَى بِهِ بِذُنُوبِ
عِبَادِهِ خَبِيراً -٥٨-
Artinya: “Dan bertawakallah kepada
Allah Yang Hidup, Yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan
cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa hamba-hamba-Nya, (Qs. Al-Furqan: 58)
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ
اللّهِ لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنتَ فَظّاً غَلِيظَ الْقَلْبِ لاَنفَضُّواْ مِنْ
حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الأَمْرِ
فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّهِ إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ
الْمُتَوَكِّلِينَ -١٥٩-
Artinya: “Maka berkat rahmat Allah
engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau
bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka,
dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.**Kemudian, apabila engkau
telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah
Mencintai orang yang bertawakal.” (Qs. Ali ‘Imran: 159)
وَمَا لَنَا أَلاَّ
نَتَوَكَّلَ عَلَى اللّهِ وَقَدْ هَدَانَا سُبُلَنَا وَلَنَصْبِرَنَّ عَلَى مَا
آذَيْتُمُونَا وَعَلَى اللّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُتَوَكِّلُونَ -١٢-
Artinya: “Dan mengapa kami tidak
akan bertawakal kepada Allah, sedangkan Dia telah Menunjukkan jalan kepada
kami, dan kami sungguh, akan tetap bersabar terhadap gangguan yang kamu lakukan
kepada kami. Dan hanya kepada Allah saja orang yang bertawakal berserah diri.” (Qs.
Ibrahim: 12)
الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ
النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُواْ لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ
إِيمَاناً وَقَالُواْ حَسْبُنَا اللّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ -١٧٣-
Artinya: “(Yaitu) orang-orang
(yang menaati Allah dan Rasul) yang ketika ada orang-orang mengatakan
kepadanya, “Orang-orang (Quraisy) telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang
kamu, karena itu takutlah kepada mereka,” ternyata (ucapan) itu menambah (kuat)
iman mereka dan mereka menjawab, “Cukuplah Allah (menjadi Penolong) bagi kami
dan Dia sebaik-baik Pelindung.” (Qs. Ali Imran: 173)
إِنَّمَا
الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا
تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَاناً وَعَلَى رَبِّهِمْ
يَتَوَكَّلُونَ -٢-
Artinya: “Dia-lah yang Menciptakan
kamu dari tanah, kemudian Dia Menetapkan ajal (kematianmu), dan batas waktu
tertentu yang hanya diketahui oleh-Nya. Namun demikian kamu masih meragukannya.”
(Qs. Al-Anfal: 2)
dan masih banyak ayat lain yang
berbicara tentang tawakkal.
6. Ridha kepada
Allah.
Ridha kepada Allah artinya menerima
segala sesuatu dengan sepenuh pasrah kepada Allah. Ridha kepada Allah
meruapakan amalan hati yang mesti kita jaga dan kita hadirkan seiring dengan
denyut jantung kita. Ridha kepada Allah artinya ridha kepada-Nya sebagai
Pencipta, Pengatur, dan Penjaga alam raya ini. Ridha kepada semua
keputusan-Nya; baik keputusan kauni maupun syar’i.
Ridha terhadap segala yang terjadi di
Alam raya. Artinya menerima keputusan Allah terkait dengan perjalanan,
peredaran, dan pergerakan alam raya ini; baik yang makro maupun yang mikro.
Yang makro adalah yang ada di sekitar kita, sedangkan yang mikro adalah yang
ada pada tubuh kita.
Ridha terhadap apa yang telah Allah
ciptakan dengan bentuk tubuh kita. Kita ridha memiliki jantung, paru-paru,
ginjal, dan berbagai organ tubuh lain yang dapat bekerja dengan baik, kita pun
mesti ridha apabila Allah memutuskan rambut kita lurus atau keriting, kulit
kita sawo matang, kornea mata kita hitam, dan lain sebagainya.
Diantara bentuk seorang hamba tidak
ridho dengan keputusan Allah adalah ketika, mengubah keputusan Allah. Tidak
ridha dengan keputusan Allah sampai kemudian mengubah ciptaan Allah. Ini adalah
pelanggaran syar’i yang berat. Menentangnya adalah bentuk kekafiran kepada-Nya.
Ridha kepada Allah, apabila dieja dan
direalisasi secara benar, akan membuat seseorang jadi muslim yang baik. Dia
akan mendapatkan apa yang dijanjikan oleh Rasulullah saw, sebagaimana sabda Rasulullah,
“Barangsiapa yang mengucapkan,
رضيت بالله ربا
وبالإسلام دينا وبمحمد نبيا ورسولا
Artinya, ‘Aku rela Allah sebagai
Rabb-ku, Islam sebagai aturan hidupku, dan Muhammad sebagai nabi sekaligus
rasulku,’ pastilah ia masuk jannah.” (HR. Abu Dawud, Imam an-Nasa`i,
Imam Ibnu Hibban)
Tentu maksud hadits ini bukan sekedar
ucapan di mulut saja. Tetapi segala konsekuensi dan aspek keridhaan mesti
dipenuhi. Wallahu a’lam.
Gunung Madu, 26 April 2020
Comments