uqèdur ãÏd$s)ø9$# s-öqsù ¾ÍnÏ$t6Ïã 4 uqèdur ãLìÅ3ptø:$# çÎ7sø:$# ÇÊÑÈ
“Dan Dialah yang berkuasa atas sekalian hamba-hamba-Nya.
dan Dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha mengetahui.” (QS. Al- An’am : 18)
uqèdur ãÏd$s)ø9$# s-öqsù ¾ÍnÏ$t6Ïã ( ã@Åöãur öNä3øn=tæ ºpsàxÿym #Ó¨Lym #sÎ) uä!%y` ãNä.ytnr& ÝVöqyJø9$# çm÷F©ùuqs? $uZè=ßâ öNèdur w tbqèÛÌhxÿã ÇÏÊÈ
“Dan Dialah
yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya
kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada
salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan
malaikat- Malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya” (QS. Al-An’am
: 61)
tbqèù$ss Nåk®5u `ÏiB óOÎgÏ%öqsù tbqè=yèøÿtur $tB tbrãtB÷sã ) ÇÎÉÈ
“Mereka takut
kepada Tuhan mereka yang di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan
(kepada mereka)” (Qs. An-Nahl : 50)
Dalam hadits dari Abu hurairoh
bahwa Rasulullah bersabda,
لَمَّا قَضَى اللَّهُ الْخَلْقَ كَتَبَ فِي كِتَابِهِ فَهُوَ عِنْدَهُ
فَوْقَ الْعَرْشِ إِنَّ رَحْمَتِي غَلَبَتْ غَضَبِي
"Ketika Allah menetapkan penciptaan
makhluq, Dia menulis di dalam Kitab-Nya, yang berada di sisi-Nya di atas
ai-'Arsy (yang isinya): "Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan
kemurkaan-Ku". (HR. Bukhori 3194, 7404, Muslim 2751, Ibnu Majah 4295)
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim
bahwa rasulullah menafsirkan ayat dalm surat al-Hadid ayat 3,
أَنْتَ الْأَوَّلُ فَلَيْسَ قَبْلَكَ شَيْءٌ وَأَنْتَ الْآخِرُ
فَلَيْسَ بَعْدَكَ شَيْءٌ وَأَنْتَ الظَّاهِرُ فَلَيْسَ فَوْقَكَ شَيْءٌ وَأَنْتَ الْبَاطِنُ
فَلَيْسَ دُونَكَ شَيْءٌ
“Engkaulah Tuhan Yang Awal,
maka tidak ada sesuatu pun yang mendahului-Mu. Ya Allah, Engkaulah Tuhan Yang
Akhir, maka tidak ada sesuatu setelah-Mu. Ya Allah, Engkaulah Yang Zhahir, maka
tidak ada yang menutupi-Mu. Ya Allah, Engkaulah Tuhan Yang Bathin, maka tidak
ada yang samar dari-Mu.”[1]
Yang dimaksudkan kalimat الظَّاهِرُ disini adalah العلو , sama
seperti firman Allah subhanaahu wa ta’ala,
$yJsù (#þqãè»sÜó$# br& çnrãygôàt $tBur (#qãè»sÜtGó$# ¼çms9 $Y6ø)tR ÇÒÐÈ
“Maka mereka tidak bisa mendakinya dan
mereka tidak bisa (pula) melobanginya” maksud dari nrãygôàt adalah يعلوه .[2]
Juga dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh
bukhori dari Zainab radhiyallahu anha, bahwasanya beliau ketika
membanggakan dirinya di hadapan istri-istri Nabi yang lain seraya berkata,
زَوَّجَكُنَّ أَهَالِيكُنَّ وَزَوَّجَنِي اللَّهُ تَعَالَى مِنْ فَوْقِ
سَبْعِ سَمَوَاتٍ
“Kalian dikawinkan oleh keluarga kalian, sebaliknya
aku dikawinkan sendiri oleh Allah ta'ala dari atas langit berlapis tujuh”[3]
Comments