Berbicara tentang kebahagiaan, semua orang
pasti ingin bahagia. Kebahagian yang hakiki bukan ilusi. Sebab hidup ini bukan
khayalan belaka tapi hidup ini adalah nyata adanya. Maka ketentuannya kita
ingin kebahagian itu hidup di dalamnya. Kapan saja, di mana saja
Masalah kebahagiaan tidak dapat di monopoli.
Ia bukan masalah apa dan siapa?. Tapi ia adalah perasaan yang di miliki setiap
orang yang bisa merasakannya. Kemudian bagai mana kita mengolah perasaan kita.
Segala sesuatu di dunia ini hanyalah samar-samar.
Bayangan semu, biasan cahaya abu-abu. Dan tentunya dunia hanyalah menipu.
Semuanya hanya sementara. Tidak ada kekekalan di dalamnya. Yang muda akan tua.
Harta benda akan di tinggalkan.
Sebutlah namanya Suhaidi seorang remaja
umurnya belasan tahun. Seumur hidupnya tidak pernah memegang buah anggur atau
apel. Apalagi memakannya. Dia hanya tahu gambarnya yang ia dapatkan dari
tivi-tivi, buku pelajaran dan majalah atau Koran yang pernah dia pegang. Tapi
Suhaidi tidak pernah tahu rasanya apakah masam, manis, lembut atau keras?.
Tidak pernah. Di dunia ini masih banyak orang yang sama dengan keadaan suhaidi
ini.
Ketika semua orang hidup dalam kegemerlapan
tahukah? Di tempat lain sebutlah nek Karni hidup dalam bilik yang gelap. Beliau
tidak pernah tahu apa itu bohlam. Jangankan bohlam, listrik saja dia belum
pernah membayangkan seperti apa. Tiang listrik apa lagi.. 29 persen penduduk
Indonesia belum memeiliki akses listrik. Kalau di satukan munggkin seluas pulau
Kalimantan. Hallo, ini 2014. Setiap orang paling tidak memiliki dua power
bank.
Duhai, tahukah masih banyak sekali orang
orang yang tidak pernah memasuki dunia gemerlap kita. Bukan berarti mereka
tidak ada. Kalau kalian tahu 29.000 penduduk Indonesia masuk dalam katagori
miskin. Tahu-kan setandar miskin?. Jika, penghasilan tidak sampai
10.000/ hari atau 300.000 ribu/ bulan. Bagi kita sekedar sekedar bayar pulsa
dan transport saja tidak cukup. Sekali makan di kedai fast food saja
mungkin 50.000. setara dengan sepertiga penghasilan mereka. Jumlah setatistik
mereka 29 juta. Mereka ada.
Berfikirlah,bahwa hal-hal yang mudah bagi
kita untuk melakukannya. Justru bagi mereka adalah hal yang besar dalam
kehidupan mereka. Hal-hal yang menurut kita biasa saja bagi kita, menjadi
menakjubkan di antara mereka.
Maka tidakkah kita mau sedikit bersyukur
dalam kehidupan ini. Lantas, memikirkan mimpi-mimpi yang terbaik dalam hati
kita, mimpi yang lebih hakiki. Bukan terus rakus dan tidak puas kemudian selalu
merasa kurang. Tidakkah kita menjalani hidup ini dengan indah dan tulus- paling
tidak tulus dengan diri sendiri- memikirkan banyak hal dengan sudut pandang
yang lebih baik.
Dekat sekali, sungguh kebahagiaan sangat
dekat sekali dengan hati kita. Wallahu a’alam
Comments