A.
Definisi
Secara bahasa
adalah: tujuan, maksud atau sasaran
Secara istilah:
tujuan atau maksud disyariatkannya sebuah hokum Allah, yang dibebankan kepada
manusia untuk mengerjakannya di dunia.
Pengetahuan
tentang maqoshid adalah hal yang sangat penting untuk diketahui setiap manusia
baik seorang mujtahid ataupun selain mujtaid. Untuk seorang mujtahid dia akan
membantu memahami sebuah nash kemudian menyimpulkan sebuah hukum yang
sesuai dengan mashlahat dan madharat yang akan timbul apabila di
terapkan dengan kasus yang ada secara cermat dan tepat. Adapun bagi selain
mujtahid pengetahuan tentang maqoshid dapat membuat seseorang mengerti
rahasia-rahasia keindahan syariat islam.
Imam
Asy-syatibi mengatakan dalam kitab beliau Al-muawafaqaat :
Sesungguhnya
diberlakukannya sebuah Syariat islam adalah sebuah mashlahat bagi
keberlangsungan kehidupan manusia. Baik itu berbentuk sebuah pencegahan
terhadap mafsadat ataupun syariat tersebut akan mendatangkan sebuah mashlahat
bagi kehidupan mereka. dapat di buktikan dalam sebuah penelitian sebuah nash dan maksud dari diberlakukannya sebuah hukum.
Sebagai mana
firman Allah subhanahu wa ta’ala:
Wxß
tûïÎÅe³t6B
tûïÍÉYãBur
xy¥Ï9
tbqä3t
Ĩ$¨Z=Ï9
n?tã
«!$#
8p¤fãm
y֏t/
È@ß9$#
4 tb%x.ur
ª!$#
#¹Ítã
$VJÅ3ym
ÇÊÏÎÈ
“ (mereka Kami
utus) selaku Rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar
supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya
Rasul-rasul itu. dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Qs.An-Nisa’: 165)
ö@è%
$yJ¯RÎ)
#Óyrqã
n<Î)
!$yJ¯Rr&
öNà6ßg»s9Î)
×m»s9Î)
ÓÏmºur
( ö@ygsù
OçFRr&
cqßJÎ=ó¡B
ÇÊÉÑÈ
“Katakanlah:
‘Sesungguhnya yang diwahyukan kepadaku adalah: "Bahwasanya Tuhanmu adalah
Tuhan yang Esa. Maka hendaklah kamu berserah diri (kepada-Nya)’. (Qs. al-Anbiya’ 108)
Èd,ptø:$$Î/ur
çm»oYø9tRr&
Èd,ptø:$$Î/ur
tAttR
3 !$tBur
y7»oYù=yör&
wÎ)
#ZÅe³u;ãB
#\ÉtRur
ÇÊÉÎÈ $ZR#uäöè%ur
çm»oYø%tsù
¼çnr&tø)tGÏ9
n?tã
Ĩ$¨Z9$#
4n?tã
;]õ3ãB
çm»oYø9¨tRur
WxÍ\s?
ÇÊÉÏÈ
“dan Kami
turunkan (Al Quran) itu dengan sebenar-benarnya dan Al Quran itu telah turun
dengan (membawa) kebenaran. dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan sebagai
pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. dan Al Quran itu telah Kami
turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada
manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.” (Qs. Al-Isra’ :105-106)
Dalam Ayat-ayat diatas Allah subhanahu wa taala menjelaskan Allah
telah mengutus kepada seluruh manusia dengan zaman yang berbeda-beda seorang
rasul yang haq, yang kemudian serang rasul tadi akan memberikan kabar
gembira berupa surga bagi orang orang yang beriman kepada Allah dan rasulnya. Kemudian rasul
tersebut juga akan memberikan peringatan bagi orang yang ingkar terhadap Allah
dan rasulnya dengan Azab neraka jahannam.
Maka hal
tersebut menjadi hujjah Atas Allah di Akhirat kelak bagi orang-orang
yang ingkar terhadap risalah para rasul sehingga mereka tidak bias
mendapatkan udzur atas kekafiran mereka.
Kemudian Allah subhanahu
wa ta’ala menjelaskan rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wa sallam
adalah seorang rasul yang pembawa petunjuk danrahmat bagi seluruh alam semesta,
beliau telah di utus dengan membawa kitab suci Al-Qur’an secara haqq
yang akan membawa kebaikan dan maslahat bagi seluruh manusia, yang Allah
turunkan secara berangsur-angsur selama 23 tahun sesuai dengan kemashlahatan
mereka sendiri.
Hanya saja
maqoshid ini dapat di ketahui dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi sehingga
maqoshid bisa dimengerti dan difahami secara yakin. Maka, apabila maqoshid
tersebut tidak dibangun atas syarat tersebut ia menjadi sebuah dzon dan tawahhum.
Sedangkan pemahaman tentang maqoshid tidak bisa dibangun atas dasar
sebuah dzon dan tawahhum.
B. Cakupan Pembahasan Maqoshidusy Syari’ah
Cakupan
maqoshidus syariah ditinjau dari kebutuhan kepentingan manusia dibagi menjadi
tiga:
1.
Maqoshid Dhoruriyyah.
2.
Maqoshid Hajjiyyah.
3.
Maqoshid Tahsiniyyah.
Pertama: maqoshid dhoruriyyah
Apabila Kehidupan tanpa keberadaan maqoshid ini maka
kehidupan menjadi sempit, dan berat bahkan hidup tidak bias diteruskan jika
tanpa maqoshid ini, maka kebutuhan
terhadap maqoshid ini menjadi sebuah kebutuhan yang mendesak dan harus segera
dipenuhi. Hasilnya kehidupan manusia akan menjadi baik secara mujtama’
maupun Afrad.
Maqoshid ini memiliki makna lain yaitu dhoruriyyatil khomsah:
hifdzud dien, hifdzun nafs, hifdzul ‘aql, hifdzun nasl, hifdzul maal.
Maqoshid ini memiliki kedudukan yang paling kuat juga lebih di
utamakan dari pada yang lain, karena memelihara dhoruriyyatul khoms akan
menciptakan maslahat dan menjauhkan dari madharat baik itu berupa
keamanan ataupun keselamatan juga kenyamanan dalam kehidupan manusia. Yang jika
diterapkan akan meninggikan martabat islam itu sendiri.
Allah berfirman mengenai kewajiban memelihara dharuriyyatul
khams dalam surat al-Mumtahanah ayat 12,
$pkr'¯»t
ÓÉ<¨Z9$#
#sÎ)
x8uä!%y`
àM»oYÏB÷sßJø9$#
y7uZ÷èÎ$t7ã
#n?tã
br&
w
Æø.Îô³ç
«!$$Î/
$\«øx©
wur
z`ø%Îô£t
wur
tûüÏR÷t
wur
z`ù=çFø)t
£`èdy»s9÷rr&
wur
tûüÏ?ù't
9`»tFôgç6Î/
¼çmuZÎtIøÿt
tû÷üt/
£`ÍkÏ÷r&
ÆÎgÎ=ã_ör&ur
wur
oYÅÁ÷èt
Îû
7$râ÷êtB
£`ßg÷èÎ$t6sù
öÏÿøótGó$#ur
£`çlm;
©!$#
( ¨bÎ)
©!$#
Öqàÿxî
×LìÏm§
ÇÊËÈ
“Hai Nabi, apabila datang
kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk Mengadakan janji setia, bahwa
mereka tiada akan menyekutukan Allah, tidak akan mencuri, tidak akan berzina,
tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat Dusta yang mereka ada-adakan
antara tangan dan kaki mereka dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang
baik, Maka terimalah janji setia mereka dan mohonkanlah ampunan kepada Allah
untuk mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Semua dharuriyyatil khoms tercakup dalam ayat diatas. Larangan berbuat syirik menunjukkkan hifdzuddien.
Juga disebutkan larangan mencuri menunjukkan hifdzulmaal, larangan
berzina menunjukkan hifdzun nasl. Larangan membunuh menunjukkan atas hifdzunnafs.
Larangan berkhianat kepada Allah dan rasulnya secara tersurat diantaranya
menunjukkan hifdhulaql. Sebab, diantara perintah rasul termasuk juga larangan
meminum khamr.
Kedua: maqhoshid
hajjiyyah
Adalah sebuah kemaslahatan bagi manusia, hanya saja kedudukannya
bukan menjadi sebuah hal yang mendesak bagi kehidupan manusia.
Diantaranya rukhshoh dalam beribadah dalam muamalah, yang menjadi
acuan diantaranya adalah firman Allah subhanahu wa ta’ala:
ßÌã ª!$# br& y#Ïeÿsä öNä3Ytã 4 t,Î=äzur ß`»|¡RM}$# $ZÿÏè|Ê ÇËÑÈ
“Allah hendak memberikan
keringanan kepadamu,dan manusia dijadikan bersifat lemah.” (Qs. an-Nisa’: 28)
Ketiga: maqosid tahsiniyyah
Maslahat-maslahat
yang mengarah kepada hal-hal pelengkapan terhadap perkara-perkara dharuriyyah
atau hajiyyah. Termasuk dalam hal ini adalah perkara Akhlaq yang mulia, kebiassaan-kebiasaan baik dan juga
tata etika dalam kehidupan manusia. Atau hal-hal yang mengarah kepada sesuatu
yang serupa sehingga menunjukkan dien ini adalah manhaj yang
selaras untuk di tempuh oleh manusia.
Dalam masalah ibadah
ditunjukkan dalam firman Allah subhanahu wa ta’ala:
* ûÓÍ_t6»t
tPy#uä
(#räè{
ö/ä3tGt^Î
yZÏã
Èe@ä.
7Éfó¡tB
(#qè=à2ur
(#qç/uõ°$#ur
wur
(#þqèùÎô£è@
4 ¼çm¯RÎ)
w
=Ïtä
tûüÏùÎô£ßJø9$#
ÇÌÊÈ ö@è%
ô`tB
tP§ym
spoYÎ
«!$#
ûÓÉL©9$#
ylt÷zr&
¾ÍnÏ$t7ÏèÏ9
ÏM»t6Íh©Ü9$#ur
z`ÏB
É-øÌh9$#
4 ö@è%
}Ïd
tûïÏ%©#Ï9
(#qãZtB#uä
Îû
Ío4quysø9$#
$u÷R9$#
Zp|ÁÏ9%s{
tPöqt
ÏpyJ»uÉ)ø9$#
3 y7Ï9ºxx.
ã@Å_ÁxÿçR
ÏM»tFy$#
5Qöqs)Ï9
tbqçHs>ôèt
ÇÌËÈ
“Hai anak Adam, pakailah
pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki) mesjid[534], Makan dan minumlah, dan
janganlah berlebih-lebihan[535]. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berlebih-lebihan. Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan
dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah
yang mengharamkan) rezki yang baik?" Katakanlah: "Semuanya itu
(disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk
mereka saja) di hari kiamatDemikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang
yang mengetahui.”(Qs. Al-a’raf:
31-32)
Wallahu
A’lam bish showwab. [*Amri]
Comments