“Barangsiapa yang akhir ucapannya (sebelum
mati) adalah kalimat Laa ilaaha illallah maka dia akan masuk surga.” (HR. Abu Daud)
Demikian janji yang disampaikan oleh Rasulullah saw
kepada ummatnya. Syahadat lailahaillallah menjadi kunci utama masuk
syurga. ia adalah lafadh tauhid yang menjadi simbol keislaman seseorang.
Berpegang teguh dengan kalimat syahadat menjadi harga mati setiap muslim.
Kejujuran dan kebenarannya akan terlihat ketika malaikat datang menjemput
ajalnya. Bagi yang jujur dan mengamalkan konsekuensi yang ada dalam kalimat
tersebut, dia akan mudah mengucapkannya meskipun dalam kondisi kritis. namun
berbeda dengan orang yang mengucapkan syahadat hanya di lisannya saja
tanpa mengerti makna dan konsekuensinya, ketika malaikat datang menjemput
nyawanya dia akan kesulitan mengucapkan kalimat tersebut. meskipun terkesan
mudah dan singkat, tapi tidak semua ummat islam bisa mengakhiri itu semua terjadi atas kerunia dan kehendak
Allah semata.
tentunya kita tidak ingin jika di akhir hayat tak mampu
mengucapkan kalimat tersebut. karena itu pertanda kecelakaan yang tidak pernah
ada akhirnya. Oleh karena itu, selain kita mengucapkan dan mengerti makna
kalimat tersebut, kita juga harus memahami syarat dan ketentuan yang harus
ditepati oleh setiap orang yang mengucapkan syahadat.
Layaknya ibadah-ibadah lain yang memiliki syarat dan
rukun, demikian juga halnya dengan syahadat. Ia juga memiliki syarat yang harus
dipenuhi agar syahadat yang diucapkan sesuai dengan harapan yang diinginkan
syari’at.
Pernah suatu ketika Hasan al-Bashriy ditanya oleh seseorang, “Barangsiapa yang
mengucapkan kalimat laa ilaaha illallah dia akan masuk surga?’. Hasan
al-Bashriy menjawab, ‘Barangsiapa mengucapkan kalimat laa ilaaha illallah,
lalu menunaikan hak dan kewajibannya maka ia akan masuk sorga”. (al-’Aqidah
fillah, hal. 233)
Wahab bin Munabbih telah ditanya, ”Bukankah kunci surga
adalah laa ilaha illallah?” Beliau
rahimahullah menjawab,”Iya betul. Namun, setiap kunci itu pasti punya gerigi.
Jika kamu memasukinya dengan kunci yang memiliki gerigi, pintu tersebut akan
terbuka. Jika tidak demikian, pintu tersebut tidak akan terbuka.” Beliau
rahimahullah mengisyaratkan bahwa gerigi tersebut adalah .syarat-syarat kalimat
(Lihat: Fiqhul Ad’iyyah wal Adzkar,
I/179-180)
Syaikh Shalih Bin Fauzan menerangkan bahwa dalam kalimat
syahadat la ilaha illallah (syahadat tauhid) minimal ada tujuh syarat
yang harus ditepati oleh seorang muslim. Syarat yang pertama adalah ILMU
Ilmu awal dari sebuah ikrar
Yaitu mengetahui tentang makna yang
terkandung di dalam kalimat syahadat. Sebuah pengakuan tidak dianggap kecuali
dengan ilmu. Oleh karena itu, selain mengucapkan kalimat syahadat, kita juga
harus memahami makna di balik kalimat tersebut.
Alloh
SWT berfirman,
“Maka
ketahuilah, bahwasanya tiada ilah (yang berhak disembah) selain Allah.” (QS.
Muhammad: 19)
Imam asy-Syaukaniy rahimahullah, di dalam
tafsirnya beliau menerangkan tentang ayat ini “Yaitu apabila engkau telah
mengetahui bahwa pusatnya kebaikan itu adalah tauhid dan ta’at, sementara
pusatnya keburukan adalah perbuatan syirik dan maksiat kepada Allah, maka
ketahuilah bahwasanya tiada sesembahan (Ilah) selain-Nya dan tiada pemelihara kecuali
Dia. Maknanya adalah tetapkanlah dirimu atas kalimat tersebut dan
hendaklah engkau senantiasa ada di atasnya”. (Fath al-Qodir: V/ 42).
Dalam ayat lain Allah swt berfirman:
“Dan
sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memberikan syafaat,
kecuali orang yang mengakui kebenaran (kalimat tauhid) sedangkan mereka
mengetahuinya.” (QS. Az-Zukhruf: 86)
Ibnu Katsir berkata, “ lafadh (Kecuali orang yang
mengakui kebenaran sedangkan mereka mengetahuinya) ini adalah ististna
munqothi’ (pengecualian terputus), yaitu kecuali yang bersaksi dengan
kebenaran (kalimat tauhid) di atas basiroh dan ilmu, maka syafa’atnya akan
bermanfaat baginya di sisi Allah atas idzin-Nya”. (Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim: IV/ 166).
Demikian juga Imam
al-Baghowiy berkata, “ Yaitu mereka
di atas ilmu dan basiroh dengan apa yang mereka ikrarkan (syahadat)”. (Fath al-Qodir: IV/ 648)
Sementara Rasulullah saw bersabda:
عن عثمان قال:
قال رسول الله صلى الله عليه و سلم: مَنْ مَاتَ وَ هُوَ يَعْلَمُ أّنَّهُ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللهُ دَخَلَ اْلجَنَّةَ
Dari
Utsman bin
‘Affan r.a, Rosulullah saw bersabda, “Barangsiapa
mati dalam keadaaan mengetahui (berilmu) bahwasanya tiada ilah (yang berhak
disembah) selain Allah, maka ia akan masuk surga”. (HR. Muslim)
Demikianlah penjelasan ulama tentang pentingnya memahami
makna la ilaha illallah, ia menjadi syarat syahadat seseorang. Tidak hanya
cukup dilafadkan saja, tapi juga harus diiringi dengan keyakinan dan sikap
bahwa seluruh sesembahan, pertolongan, perlindungan hanyalah milik Allah
semata. Sementara sesembahan selain Allah, semuanya batil. Sehingga dengan
memahami makna tersebut, kita lebih bisa memahami dan menghayati apa yang telah
kita ikrarkan. Dan harapannya kalimat tersebut bisa kita pegang sampai ajal menjemput
kita. Wallahu ‘alam bishawaab!! Bersambung.......
Comments