KHUTBAH PERTAMA
إن الحمد لله , نحمده ونستعينه
ونستغفره, ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئة أعملنا من يهده الله فلا مضل الله
له ومن يضلله فلا هادي له , وأشهد أن لاإله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن
محمدا عبده ورسوله .قال الله تبارك وتعالى
فى الكتاب العزيز , أعوذ بالله من الشيطان الرجيم . بسم الله الرحمن الرحيم
ياأَيُّهاَ
الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ
وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
يَاأَيُّهَا
النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ
مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا
اللهَ الَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ
رَقِيبا
يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا {70} يُصْلِحْ
لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللهَ
وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا {71}
أوصيكم
وإياي بتقوالله فقد فاز الؤمنون المتقون...أما بعد
Jamaah shalat jumat
yang dirahmati Allah...
Dalam kehidupan kita ada
banyak nikmat Allah yang diberikan kepada kita. Nikmat Allah selalu bersama
kita pada setiap hembusan nafas dan setiap kedipan mata. Ada macam-macam
kenikmatan secara dzahir maupun batin. Ada nikmat yang bisa kita rasakan secara
langsung dan ada pula yang tidak bisa kita rasakan secara langsung.
Sehingga Allah
mengingatkan kita melalui al-Qur’an untuk selalu menghitung-hitung nikmat yang
telah ia berikan. Hal ini sebagaimana Allah berfirman,
اللّهُ
الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ وَأَنزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً
فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقاً لَّكُمْ وَسَخَّرَ لَكُمُ الْفُلْكَ
لِتَجْرِيَ فِي الْبَحْرِ بِأَمْرِهِ وَسَخَّرَ لَكُمُ الأَنْهَارَ -٣٢- وَسَخَّر
لَكُمُ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ دَآئِبَينَ وَسَخَّرَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ
-٣٣- وَآتَاكُم مِّن كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِن تَعُدُّواْ نِعْمَتَ اللّهِ
لاَ تُحْصُوهَا إِنَّ الإِنسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ -٣٤-
“Allah-lah yang telah Menciptakan langit dan bumi dan Menurunkan
air (hujan) dari langit, kemudian dengan (air hujan) itu Dia Mengeluarkan
berbagai buah-buahan sebagai rezeki untukmu; dan Dia telah Menundukkan kapal
bagimu agar berlayar di lautan dengan Kehendak-Nya, dan Dia telah Menundukkan
sungai-sungai bagimu. Dan Dia telah Menundukkan matahari dan bulan bagimu yang
terus-menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan malam dan siang
bagimu. Dan Dia telah Memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan
kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan
mampu menghitungnya. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari
(nikmat Allah). (Qs. Ibrahim: 32-34)
Maksud ayat ini bukan
berarti membatasi jumlah nikmat Allah. Akan tetapi kita disuruh untuk meresapi
setiap nikmat yang ada adalah berasal dari Allah. Dengan banyak nikmat yang ada
di sekitar kita yang tak terhitung jumlahnya. Sehingga dengan menghitung
nikmatnya kita bisa menjadi hamba yang baik sebagai bentuk rasa syukur kepada
Allah. Sebagai bentuk terimakasih atas setiap pemberian-Nya.
Hamba Allah yang kami
muliakan...
Bagaimana mungkin seorang
hamba akan mensyukuri nikmat, sedangkan ia tidak mengerti kenikmatan macam apa
yang dia syukuri? Maka barang siapa yang ingin mengerti tentang kenikmatan Allah
hendaknya ia memicingkan matanya! Perhatikan seorang makhluk yang paling
bersyukur yaitu Nabi Muhammad saw. ketika mengatakan,
لَا
أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ
“Aku tidak bisa menghitung pujian atasMu, Engkau adalah dzat terpuji
sebagaimana Engkau memuji diriMu” (Hr. Muslim 751)
Bahkan
ketika seorang memuji Allah, itu tidaklah sebanding dengan nikmat yang Allah
berikan kepada dirinnya.
Ibnu
Katsir –rahimahullah- menanfsirkan ayat wa in ta’uddu ni’matallahi la
tuhsuha yaitu “Allah mengabarkan bahwa seoarang hamba tidak akan mampu
dalam menghitung nikmat yang diberikan oleh Allah sehingga akan menjadi
keutamaan bagi yang mensyukurinya, hal ini sebagaimana yang dikatakan Thalq bin
Hubaib –rahimahullah- ‘sesungguhnya hak Allah itu sangat berat untuk dipenuhi
oleh seorang hamba, namun nikmat Allah itu lebih banyak daripada apa yang bisa
dihitu seorang hamba’”
Al-Syaukani
–rahimahullah- mengatakan, “Sudah diketahui seandainya seseorang
hamba diminta untuk menghitung setiap anggota bandannya atau indra yang
dimilikinya, tentu ia tidak akan mampu menghitungnya, apalagi menghitung segala
hal yang ada di badannya. Apa lagi menghitung semua yang ia dapat setiap saat.
Yang mana nikmat itu sangatlah banyak dan bermacam-macam”
Bahkan
seandainya salah satu anggota badan manusia akan dihilangkan, kemudian dia
tidak bisa menolak hal itu kecuali dengan membayar apa yang ia miliki. Bahkan
apapun yang bisa diusahakan di dunia ini. Pastilah ia usahakan.
Jamaah yang dirahmati Allah...
Ayat
di atas kemudian ditutup dengan kalimat,
إِنَّ
الإِنسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
“Sungguh, manusia itu sangat dzalim
dan sangat mengingkari nikmat Allah” (Qs.
Ibrahim: 34)
Ingkar nikmat Allah adalah tabiat mayoritas
manusia. Tabiat manusia yang selalu menempel seperti mengingkari nikmat dan
tidak bersyukur. Tabiat yang selalu mendzalimi diri sendiri. Mengingkari nikmat
atau kufur nikmat terhadap apa yang telah Allah berikan. Tabiat untuk
selalu meninggalkan hak-hak Allah. Tabiat ini kemudian membuat manusia enggan
untuk menyembah Allah sang pemberi nikmat. Kecuali hanya sebagian kecil saja
hamba Allah yang bisa mensyukuri nikmat. Hal ini sebagai mana yang difirmankan
Allah,
وَقَلِيلٌ
مِّنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ
“Dan sedikit sekali dari
hamba-hamba-Ku yang bersyukur” (Qs.
Saba’: 13)
Saudaraku seiman...
Mari kita bersyukur kepada Allah. Allah tidak
pernah meminta kita untuk mensyukuri seluruh nikmatnya. Karena Allah tau kita
tidak akan mampu melakukan itu. Dan karena Allah adalah dzat yang Maha
Pengampun dan Maha Penyayang. Sehingga seorang hamba hanya cukum melakukan
syukur ketika ia merasa mendapat nikmat, dan bertaubat ketika ia jatuh ke dalam
maksiat.
Perbanyaklah
mengingat nikmat yang telah Allah berikan. Karena dengan itu kecintaan kita
kepada Allah akan semakin meningkat. Karena setting hati kita akan mencintai
siapapun yang telah memberi dan berbuat baik kepada kita. Dan membenci siapapun
yang menggangu kita. Dan tidak ada yang lebih besar kebaikan dan pemberiannya
selain Allah swt.. karena nikmat Allah dan kebaikannya selalu melimpah ruah
bagi semua hambanya setiap waktu dan setiap saat.
KHUTBAH KEDUA
الحمد لله بمحامده التي
حمده بنفسه، وحمده بها الذين اصطفى من عباده، حمدا طيبا مباركا فيه كما يحب ربنا
ويرضى، والصلاة والسلام على رسوله الكريم، وبعد:
Jamaah yang dirahmati oleh Allah...
Padu khutbah kedua ini, khotib mengharapkan
kepada diri sendiri dan jama’ah sekalian agar senantiasa bersyukur. Kalau kita
belum bisa menjalankan ketaatan secara keseluruhan, paling tidak kita tidak
jatuh kepada kemaksiatan. Tentu yang terbaik adalah orang-orang yang
menjalankan ketaatan dan menjauhi kemaksiatasn. Marilah kita tutup khutbah pada
siang hari ini dengan do’a.
اللهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ
وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللّهُمّ
اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنًاتِ
اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنّكَ سَمِيْعٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ
رَبّنََا
لاَتًؤَخِذْنَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا
إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلىَ الّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ
تُحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا
وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَنَا فَانْصُرْنَا عَلىَ الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
رَبّنَا
آتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ
النّارِ. وَالْحَمْدُ لله رَبّ الْعَالَمِيْنَ
Comments