Skip to main content

TA’MIN, HUKUM SEPUTAR MEMBACA AMIN DALAM DO’A


ARTI KATA ‘AMIN’ (آمين)

Arti amin secara bahasa adalah ‘kabulkanlah’.[1] Cara membaca ammin adalah dengan ada mad dan tasydid (آمين) Atau aamiin. Salah baca bisa salah arti karena ada AMIN, AAMIN, AMIIN, dan AAMIIN.

AMIN = Aman. AAMIN = Meminta Pertolongan. AMIIN = Jujur, bentuk lainnya adalah Amanah. AAMIIN = Kabulkan doa kami. Ini berdasarkan fi’il (kata kerja salam Bahasa Arab) merupakan permohon kepada Allah SWT agar doa kita diijabahkan, dikabulkan-Nya.

Kalimat amin hanya ada pada ummat nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Karena belum pernah ada kalimat ini pada ummat-ummat sebelumnya. dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda:

ما حسدكم اليهود على شيء ما حسدوكم على آمين وتسليم بعضكم على بعض

Artinya: “tidak ada kedengkian orang Yahudi terhadap kalian (kaum muslimin) selain atas kalimat Amiin. Dan Saling berucap salam antara satu sama lain dari kalian”[2]

قال ابن العربي : هذه الكلمة لم تكن لمن قبلنا ، خصنا الله تعالى بها

Ibnu Arabi mengataka: “kalimat ini (amiin) belum diberikan kepada kaum sebelum kita. Kemudian Allah berikan secara khusus kepada kita (Ummat Muhammad)”[3]

 

HAKIKAT TA’MIN, ATAU MEMBACA AMIN

Arti sebenarnya dari amin adalah hakikatnya sebuah do’a. Sebab seorang mukmin ketika mengucap kalimat amin, sebenarnya dia sedang meminta kepada Allah agar mengabulkan sebuah do’a[4]

 

HUKUM TA’MIN, ATAU HUKUM MEMBACA AMIN

Hukum asli dari membaca amin adalah sunnah. Tapi bisa berubah menjadi haram ketika mengaminkan do’a yang diharamkan.[5]

 

TIDAK ADA KALIMAT AMIIN DALAM AL-QUR’AN

Kalimat amin tidak ada dalam al-Qur’an. Para ulama tidak ada yang berbeda pendapat tentang kalimat amin bukan dari Al-Qur’an. Kalimat amin bersumber dari nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Kemudian kita mengikuti apa yang telah dilakukan oleh Nabi.

Selain itu Nabi juga meminta untuk membacanya ketika sedang sholat ataupun diluar sholat.[6]

TEMPAT YANG TEPAT MEMBACA AMIN

Meskipun hakikat amin adalah sebuah do’a, tapi dia tidak bisa dibaca secara mandiri. Bacaan amiin harus dengan do’a yang diikuti sebelumnya. maka penempatannya yang paling penting ada dua tempat:

1.      Di dalam sholat, ini dibaca hanya setelah membaca surat al-fatihah, setelah do’a qunut shubuh, setelah qunut witir, atau setelah qunut nazilah.

2.      Di luar sholat, ini dibaca setelah membaca surat al-fatihah, mengaminkan do’a dalam khutbah, atau do’a ketika sholat istisyqa’.

PERTAMA: TA’MIN (MEMBACA AMIIN) DALAM SHALAT.

a.      Membaca Amin Dalam Sholat Setelah Surat Al-Fatihah.

Bagi orang yang sholat sendiri hukumnya sunnah. Baik itu sholat yang sifatnya sirriyah (sholat yang dibaca secara pelan suratnya seperti dzuhur dan ashar) atau jahriyyah (sholat yang dibaca keras dalam suratnya seperti subuh, maghrib, isya). Begitu juga dengan sholat jama’ah.

Kasusnya berbeda jika membaca amin dalam sholat jama’ah yang sifatnya jahriyyah maka rincian hukumnya sebagai berikut, ada 3 pendapat.

Pendapat pertama, disunnahkan membaca amin. Ini adalah pendapat madzhab Syafi’i, Hambali, dan Hanafi selain periwayatan dari al-Hasan dari Abu Hanifah. Hal ini juga merupakan pendapat Maliki yang merupakan madaniyyin (orang-orang madinah) dengan landasan hadits[7] yang berbunyi,

إذا أمن الإمام فأمنوا ، فإنه من وافق تأمينه تأمين الملائكة غفر له ما تقدم من ذنبه

Artinya: “jika seorang iman mengucapkan amin maka ikutilah, karena siapapun yang ucapan aminnya bersamaan dengan ucapan aminnya malaikat, dia akan diampuni dosanya yang lampau maupun yang akan dilakukan.”[8]

Pendapat kedua, bukan termasuk sunnah, pendapat ini adalah pendapat madzhab Maliki yang mishriyyin (orang-orang mesir) dan pedapat al-Hasan dari ulama Madzhab Hanafi. Dalil yang mereka gunakan adalah dalil yang diriwayatkan oleh Imam Malik dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda,

إذا قال الإمام : غير المغضوب عليهم ولا الضالين ، فقولوا : آمين ، فإنه من وافق قوله قول الملائكة غفر له

Artinya, “apabila imam mengucapkan ‘ghairil maghdhubi alaihim wa ladh dhallin’ dalam sholat, maka katakanlah ‘amiin’. Sebab barang siapa yang ucapannya membarengi ucapan malaikat dia akan diampuni dosanya”[9]

Hadits ini menjadi menjelaskan kalau ternyata Rasulullah tidak mengucapkannya; karena dalam hadits itu Rasulullah membedakan antara pengucapan amiin sendiri dengan pengucapan orang lain. melakukan pembedaan itu menunjukkan bukan sunnah.[10]

Pendapat ketiga, wajib mengucap amin. Ini adalah pendapat Ishaq bin Ibrahim dari riwayat Imam Ahmad. Dari periwayatan Ishaq bin Ibrahim bahwa Rasulullah memerintahkan untuk mengucapkan amiin.

Melihat perbedaan pendapat di atas maka menurut penulis, untuk masyarakat Indonesia hendaklah membaca amin. karena mengikuti pendapat madzhab Syafi’i. Lagi pula keempat Imam Madzhab bersepakat dalam masalah mengucap amiin hukumnya adalah sunnah. Dan bagi kita tidak perlu menyalahkan orang-orang yang menganggap mengucap amin tidak sunnah atau yang menganggapnya sebuah kewajiban.[11]

 

b.      Apakah Mengucapkan Amin Harus Dilakukan Ketika Mendengar Langsung Atau Tidak.

Lalu muncul pertanyaan bagaimana dengan mengucap amin mengikuti ma’mum yang mengucapkan amin dari Imam sholat. Padahal dia tidak secara langsung mendengarnya dari Imam. Kasus ini bisa saja muncul disebabkan mungkin jarak Imam dan shaf ma’mum yang sangat jauh sehingga tidak bisa mendengar secara langsung. Karena empat Imam Madzhab bersepakat bahwa mengucap ammin mengikuti imam hukumnya sunnah.

Dalam masalah ini ada dua pendapat menurut para ulama Fiqh,

Pendapat pertama, tetap hukumnya disunnahkan mengucapkan amiin. Pendapat ini adalah pendapat madzhab Hanafiyah, pendapat sebagian ulama Malikiyah dan Syafi’iyah, meskipun dalam pendapat sya’fiiyyah termasuk pendapat yang dhaif (lemah).

Pendapat kedua, tidak diharuskan mengucap amiin. Pendapat ini adalah pendapat yang mu’tamad menurut Syafi’iyah, pendapat lain dari beberapa ulama Malikiyah. Adapun dalam madzhab Hanabilah penulis belum menemukan pembahasan ini.[12]

 

c.       Apakah membaca Amiin harus dengan keras (jahr) atau pelan (sirr)

Tidak ada perbedaan pendapat Imam Madzhab Empat, jika shalat yang dilakukan adalah sholat siir maka dibaca juga dengan sirr. Dan hukum membacanya sunnah baik dalam sholat sendiri maupun berjamaah.[13]

Adapun jika yang dilakukan adalah sholat jahr, maka membaca amiin dalam hal ini para ulama berbeda pendapat,

Pertama, disunnahkan membaca dengan sirr, ini merupakan pendapat Hanafiyyah dan Malikiyyah. Dan pendapat ini secara jelas menyelisihi pendapat Syafi’iyyah. Hanya saja menurut Malikiyyah hukum ini disunnahkan hanya untuk ma’mum dan sholat sendirian. Dalam pandangan Ulama Hanafiyyah hukumnya sunnah untuk semua sholat, baik sendiri maupun berjamaah, pendapat ini juga diambil oleh sebagian ulama Malikiyyah di antaranya adalah Ibnu Hajib Ibnu Arofah. Alasannya karena amiin adalah do’a, dan hukum asal do’a adalah menuturkan dengan lembut.[14]

Sebagaimana firman Allah, “Berdoalah kepada Tuhan-mu dengan rendah hati dan suara yang lembut.”[15] Dan juga pendapat Ibnu Mas’ud[16] yang mengatakan, “ada 4 perkara yang disembunyikan dari Imam diantaranya, membaca amiin.”

Dan pendapat Syafi’iyyah, membaca Amiin secara pelan hanya khusus untuk ma’mum saja jika Imam sudah membaca amiin. Dalam kondisi lain disunnahkan membca sirr jika jamahnya sedikit.[17]

Kedua, disunnahkan untuk membacanya secara jahr. Ini merupakan pendapat madzhab Syafi’iyyah dan Hanabilah. Hanya saja Hanabilah mensunnahkan hukum ini dalam sholat secara umum. Dan Ulama Syafi’iyyah menganggap sunnah dalam sholat jika dia sebagai Imam atau ketika dia sholat sendiri. Akan tetapi  meskipun begitu kalau seandainya ingin mengucap amin disunnahkan untuk mengcap secara jahr. Ada juga yang mengatakan, disunnahkan membaca jah itu hanya ketika banyak jamaah di belakangnya. Namun jika jam’ahnya sedikit tidak disunnahkan jahr. Ulama yang berpendapat jahr itu sunnag beristidlal dengan hadits Rasulullah ketika beliau mengucap ‘amiin’, beliau mengucapnya dengan jahr.[18]

Ketiga, memilih antara membaca jahr dan sirr, ini adalah pendapat dari Ibnu bukair, Ibnu al-Arabi ulama malikiyah, hanya saja menurut Ibnu Bukair hanya diperuntukkan bagi Imam saja. Tapi menurut Ibnu al-Arabi itu berlaku untuk semua baik imam ataupun makmum. Beliau menshahihkan di dalam kitab ahkamul qur’an untuk membaca jahr.[19]

Dalam pendapat Syafi’iyyah dan Hanabilah Tapi meskipun imam membacanya secara sirr, makmum tetap disunnahkan untuk membacanya dengan jahr. Hal ini tidak tergantung dengan ucapan amiinnya imam. Karena barangkali dia lupa, sehingga dia bisa ingat dengan amiin yang kita baca dengan jahr.[20]

 

MEMBACA AMIIN DENGAN BERSAMA IMAM ATAU SETELAHNYA?

Menurut madzhab Syafi’i dan dan pendapat yang shahih menurut Hanabilah, bahwa membersamai imam dalam mengucapkan amin hukumnya sunnah. hal ini dilandaskan dengan hadist yang berbunyi,

إذا قال أحدكم : آمين ، وقالت الملائكة في السماء : آمين ، فوافقت إحداهما الأخرى ، غفر له ما تقدم من ذنبه

“Jika ada diantara kalian yang mengucap amiin maka sebenarnya malaikat di langit juga mengucap amiin juga. Maka jika ucapannya bersamaan dengan ucapan malaikat ia dosanya akan diampuni yang lalu atau yang akan datang.” (HR. Bukhori dan Muslim)[21]

Begitu juga pendapat malikiah dan Hanafiyah juga dengan membersamai imam.

إذا قال الإمام : غير المغضوب عليهم ولا الضالين ، فقولوا : آمين ، فإنه من وافق قوله قول الملائكة غفر له ما تقدم من ذنبه

“Jika Imam mengucapkan, ‘ghairil maghdzubi alaihim wa ladh dhollin, maka ucapkan ‘amiin’, maka barang siapa yang ucapan aminnya bersama dengan malaikat Allah akan ampuni dosa yang telah lalu”[22]

BERSAMBUNG

[1] Al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah al-Kuwaiytiyyah, vol. 1 hal. 110

[2] HR. Bukhari, Ibnu Majah dan Ahmad. Hadits ini shohih sebagaimana dalam kitab faidhul qadir¸ hal. 440, vol. 5

[3] Syarh al-Rudh, hal. 154, vol. 1

[4] Tafsir al-Thabari, hal. 110 vol. 12, Tafsir Fahru al-Razi, hal. 152, vol. 17

[5] Raddul Mukhtar al Durril Mukhtar, hal. 331, vol. 1

[6] Raddul Mukhtar al Durril Mukhtar, hal. 331, vol. 1

[7] al-Fatawa al-Hindiyyah, hal.74, vol.1, Ibnu Abidin, hal. 282, vol. 1, al-khursyi, hal.282, vol.1,  al-Rahwani, hal. 416, vol. 1. Ahkam al-Qur’an, Ibnu Arabi, hal. 7, vol. 1, al-Mughni Syarhul Kabir, hal. 528, vol. 1

[8] HR. Ahmad, dalam kitab faidhul qadir, hal.303, vol.1

[9] HR. Malik, Bukhari, Abu Daud & Nasa’i, al-Fathu al-Kabir, hal. 136, vol. 1

[10] Al-Rohwani, hal. 416, vol. 1

[11] Al-Inshaf, hal. 120, vol. 2

[12] Al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah

[13]  الفتاوى الهندية 1 / 74 ، وابن عابدين 1 / 331 ، والبحر الرائق ، 1 / 331 المطبعة العلمية ، والخرشي 1 / 282 ، والدسوقي 1 / 248 ، وشرح الروض 1 / 154 ، والمغني مع الشرح 1 / 531

[14] الفتاوى الهندية 1 / 74 ، 107 ، والرهوني 1 / 416 ، وأحكام القرآن لابن العربي 1 / 7

[15] Al-A’raf: 55

[16] الهداية 1 / 48 ط الحلبي

[17]  مغني المحتاج 1 / 161 ط مصطفى الحلبي ، والروضة 1 / 247 ط المكتب الإسلامي

[18] الفروع 1 / 308 ، ومطالب أولي النهى 1 / 432 ، وكشاف القناع 1 / 312 وما بعدها ، والكافي 1 / 169 ، ومغني المحتاج 1 / 161 ، والروضة 1 / 247 . وحديث " قال : " آمين " ورفع بها صوته " رواه الترمذي وأبو داود والدارقطني وابن حبان . وسنده صحيح ، وصححه الدارقطني ( تلخيص الحبير 1 / 236 )

[19] الرهوني 1 / 416 ، وأحكام القرآن لابن العربي 1 / 7

[20] الروضة 1 / 247 ، ومغني المحتاج 1 / 161 ، ومطالب أولي النهى 1 / 432

[21] شرح الروض 1 / 154 ، ومغني المحتاج 1 / 161 ، والشرواني على التحفة 2 / 51 ، والمغني مع الشرح الكبير 1 / 529 ، وتصحيح الفروع 1 / 307 وحديث : إذا أمن الإمام . . . " رواه ، مالك وأحمد والشيخان وأصحاب السنن عن أبي هريرة ( الفتح الكبير1 / 88 ) وحديث : " إذا قال أحدكم . . . ) رواه مالك والشيخان والنسائي عن أبي هريرة بنحوه ( الفتح الكبير 1 / 136 )

[22] الهداية 1 / 48 ، والبحر الرائق 1 / 331 ، وابن عابدين 1 / 331 ، والخرشي 1 / 282 ، ومسالك الدلالة في شرح متن الرسالة ص 41 ولعلهم سكتوا عن ذلك لأن المقارنة لا تظهر في الغالب نظرا للإسرار بالتأمين عندهم . ( انظر ف 8 ) والحديثان سبق تخريجهما .


Comments

Popular posts from this blog

Perbedaan Adat dan Urf dalam Disiplin Ilmu Ushul Fiqh

A.    Definisi Adat dan Urf Definisi adat: العادة ما استمرّ الناس عليه على حكم المعقول وعادوا اليه مرّة بعد أخرى Adat adalah suatu perbuatan atau perkataan yang terus menerus dilakukan oleh manusia lantaran dapat diterima akal dan secara kontinyu manusia mau mengulangnya.

ACUAN TARGET HAFALAN AL-QUR’AN PER BARIS, PER BULAN SAMPAI HAFIZH 30 JUZ

Apakah anda ingin menghafal al-Qu’an? Jika memang iya, ini adalah target waktu hafalan al-Qur’an yang bisa anda pilih dengan kondisi dan kemampuan anda masing-masing. Anda bisa menimbang antara target dan kemampuan. Dengan memiliki target ini anda bisa mengukur kapan anda bisa selesai menghafal al-Qur’an. Menghafal al-Qur’an adalah program seumur hidup. Jika anda tidak memiliki target, sebaik apapun kemampuan, anda tidak akan tercapai. Namun jika anda menghitungnya dengan tepat anda akan mendapatkannya. Meskipun dengan relatif waktu yang tidak cepat. Asalkan memiliki komitmen yang kuat. Berikut adalah acuan hafalan yang anda dapatkan jika anda menghafal al-Qur’an perbaris. Acuan al-Qur’an yang digunakan dalam tulisan ini adalah mushaf utsmani yang 1 halamannya berjumlah 15 baris. 1 juz berjumlah 20 halaman. Ø   Jika anda menghafal 1 baris sehari, maka anda akan hafal 1 juz dalam 10 bulan, dan hafal al-Qur’an dalam 24 tahun 4 bulan. Ø   Jika anda menghafal 2 baris se...

KAJIAN HADITS ‘KULLU QORDHIN JARRO NAF’AN FAHUWA RIBA’ DALAM PANDANGAN MUHADDITSIN DAN FUQAHA’

Oleh: Amri Yasir Mustaqim [1] Hadits كل قرض جر نفعا فهو ربا dikategorikan oleh muhadditsin sebagai hadits yang marfu’, mauquf dan juga maqtu’. Penjelasannya adalah sebagai berikut:

Dowload Buku Iqro’ 1-6 pdf

Siapa yang tidak kenal dengan buku iqro’? hampir tidak ada di Indonesia ini yang tidak mengenal buku iqro’. Buku ini sangat populer diseluruh anak Indonesia yang ingin belajar membaca al-Qur’an.

Sifat-Sifat Seorang Wali Allah

  Allah telah mengabarkan kepada kita tentang ciri utama wali adalah orang yang tenang hatinya dan tidak pernah bersedih. Tidak pernah bersedih artinya setiap kesedihan yang dia dapatkan dalam hidupnya akan diselesaikan dengan kesabaran yang telah ada pada jiwanya. Faktor utama yang membuat para wali bisa mendapat ketenangan hati adalah karena ia menambatkan segala urusan hidupnya kepada Allah saja. Allah berfirman:

Ghazwah Usairoh

Letak Geografis Usairoh adalah secara bahasa adalah isim tasghir dari al-‘asyroh yaitu pohon, usairoh juga dikatakan dzul usairoh atau dzul ‘asroh . Az-Zuhri berkata usairoh adalah tempat yang memiliki tempat yang keras yang dinisbatkan kepada pohon yang terletak di daerah tersebut. Al-asiroh adalah nama pohon yang paling besar yang terletak di daerah tersebut. pohon tersebut memiliki getah yang manis yang dinamakan dengan gula al-usyar . Daerah tersebut terletak pada titik yanbu’ terletak diantara makkah dan madinah. Abu Zaid berkata: al-Usairoh adalah benteng kecil terletak diantara yanbu’ dan dzul maarwah . Kurma banyak tumbuh di daerah tersebut di banding daerah hijaz yang lain, kecuali daerah as-Shaihani yang terletak di khaibar juga al-Birni dan al-Ajuz yang terletak di madinah Al-Asma’I berkata: daerah tersebut adalah lemabah yang luas berdekatan dengsn qotn yang menjorok menuju dzul ‘usairoh yang disana di tumbuhi pohon kurma dan terdapat aliran air mili...

Ashabul A’rof dan Akhir Perjalanan Mereka

Siapa itu ashabul a’rof ? Bagaiman nasib akhir kehidupan ashabul a’rof ? Apakah a’rof adalah tempat akhir selain surga dan neraka? Tulisan ini insya Allah akan menjelaskan pertanyaan-pertanyaan tersebut. PENGERTIAN ASHABUL A’ROF Di akhirat kelak ada tempat selain dari surga dan neraka bernama ‘ al-A’rof ’. Secara definitif prespektif etimologi dari bahasa arab yang artinya adalah ‘tempat tinggi’. Secara istilah artinya adalah tempat yang tinggi berada diantara surga dan neraka, dimana orang yang berada di situ bisa melihat penduduk surga dan neraka. Orang-orang yang berada di tempat ini adalah orang-orang yang pahala kebaikannya dan dosa keburukannya memiliki berat yang sama. Kemudian orang yang berada ditempat ini akan dimasukkan kedalam surga bukan di neraka. Di antara kriteria ashabul a’rof adalah orang-orang yang keluar berjihad di jalan Allah tanpa izin orang tua. Kemudian mereka ini terbebas dari neraka karena mereka terbunuh di jalan Allah. Dan mereka tertahan untuk...

HUKUM MEROKOK DAN JUAL BELI ROKOK

Sebelum menjelaskan hukum jual-beli rokok, kita harus mengetahui asal rokok sendiri. Berdasarkan hasil penelitian kedokteran modern yang menyatakan bahwa merokok dapat menyebabkan berbagai tipe penyakit kangker, penyebab penyakit pernafasan, penyakit jantung, penyakit pencernaan, efek buruk bagi kelahiran, juga merusak system reproduksi, pendeknya merusak seluruh sistem seluruh tubuh. Padahal, Allah telah mengharamkan seseorang yang membinasakan dirinya, dengan berbagai pertimbangan karena sebab-sebab di atas maka para ulama memiliki berbagai pendapat Pendapat pertama: sebagian ulama’ berpendapat bahwa merokok hukumnya boleh. sebagai mana firman Allah:   “Dia-lah Allah yang telah menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu.” (Al-Baqarah: 29). Ayat di atas menjelaskan bahwa segala sesuatu yang diciptakan Allah diatas permukaan bumi ini halal untuk manusia termasuk tembakau yang digunakan untuk bahan baku rokok. Tanggapan: dalil ini tidak kuat, sebab, yang dihala...

BERBICARA TENTANG KEBAHAGIAAN

Berbicara tentang kebahagiaan, semua orang pasti ingin bahagia. Kebahagian yang hakiki bukan ilusi. Sebab hidup ini bukan khayalan belaka tapi hidup ini adalah nyata adanya. Maka ketentuannya kita ingin kebahagian itu hidup di dalamnya. Kapan saja, di mana saja Masalah kebahagiaan tidak dapat di monopoli. Ia bukan masalah apa dan siapa?. Tapi ia adalah perasaan yang di miliki setiap orang yang bisa merasakannya. Kemudian bagai mana kita mengolah perasaan kita. Segala sesuatu di dunia ini hanyalah samar-samar. Bayangan semu, biasan cahaya abu-abu. Dan tentunya dunia hanyalah menipu. Semuanya hanya sementara. Tidak ada kekekalan di dalamnya. Yang muda akan tua. Harta benda akan di tinggalkan. Sebutlah namanya Suhaidi seorang remaja umurnya belasan tahun. Seumur hidupnya tidak pernah memegang buah anggur atau apel. Apalagi memakannya. Dia hanya tahu gambarnya yang ia dapatkan dari tivi-tivi, buku pelajaran dan majalah atau Koran yang pernah dia pegang. Tapi Suhaidi tidak pernah...

Istilah Istilah Khusus Yang Ada Dalam Madzhab Fiqih Imam Syafi’i

Dalam fiqh Imam al-Syafi’i ada istilah-istilah yang khas. Istilah ini tidak dipakai dalam fiqh madzhab yang lain. sehingga ketika kita sedang membaca atau mempelajari fiqih madzhab Imam al-Syafi’i besar kemungkinan akan sering menemukan istilah-istilah tersebut. Istilah ini tidak bisa dimaknai secara bahasa saja. Akan tetapi istilah ini memiliki makna yang memang hanya dikenal di kalangan madzhab Imam al-Syafi’i. Sehingga sangat dianjurkan untuk mempelajarinya sebelum menelaah lebih dalam lagi fiqih Imam al-Syafi’i Mengetahui istilah-istilah dalam fiqih madzhab Imam al-Syaf’i sangat penting. Tanpa mengerti istilah ini anda mungkin akan dibuat kebingunan. Kalaulah anda tidak hafal, setidaknya anda bisa memahami istilah khusus ini. Tujuannya agar anda tidak salah mengartikan fiqh Imam syafi’i, dan selain itu juga bertujuan memudahkan anda ketika nanti mempelajarinya. Berikut ini adalah istilah-istilah yang digunakan dalam fiqh syafi’i yang dinukil dari kitab muqaddimah al-Minhaj ka...