KHUTBAH PERTAMA
Jama’ah Jum’at yang dirahmati
Allah ta’ala...
Allah subhanahu wa ta’ala
menceritakan di dalam al-Qur’an:
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ
آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَن نَّعْبُدَ الأَصْنَامَ * رَبِّ إِنَّهُنَّ
أَضْلَلْنَ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ فَمَنْ تَبِعَنِي فَإِنَّهُ مِنِّي وَمَنْ
عَصَانِي فَإِنَّكَ غَفُورٌ رَحِيمٌ([إبراهيم: 35 -36].
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa, “Ya
Tuhan, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku
beserta anak cucuku agar tidak menyembah berhala. Ya Tuhan, berhala-berhala itu
telah menyesatkan banyak dari manusia. Barangsiapa mengikutiku, maka orang itu
termasuk golonganku, dan barangsiapa mendurhakaiku, maka Engkau Maha Pengampun,
Maha Penyayang.” (QS. Ibrahim: 35-36)
Para ulama
menjelaskan ayat ini adalah tentang meminta kepada Allah agar tetap teguh
dengan tauhid, ajaran islam, menjauhi peribadatan berhala. Bahkan nabi Ibrahim
sendiri meminta kepada Allah tentang hal tersebut. Karena kalau bukan karena
pertolongan Allah, beliau tentu akan sangat lemah untuk menjauhi hal yang telah
disebutkan. Dan tidak ada yang bisa menjaga dirinya selain dengan penjagaan
Allah subhanahu wa ta’ala.
Jama’ah yang
dirahmati oleh Allah subhanahu wa ta’ala...
Kalau seorang
nabi Ibrahim saja sangan takut terjatuh ke dalam syirik, dan bersungguh-sungguh
meminta kepada Allah agar menjaga dirinya dan keturunannya supaya tidak
terjatuh ke dalam syirik, lalu bagaimana dengan kita? Bukankah kita lebih
pantas untuk memintak kepada Allah agar menjaga kita. Kita lebih pantas untuk
khawatir jatuh ke dalam kubangan syirik dari pada nabi Ibrahim alaihis salam.
Jamah yang
dirahmati Allah, kita belajar tentang seuatu yang sangat penting dari ayat ini.
Tentang betapa mendesaknya kebutuhan kita untuk bergantung kepada Allah, dan
meninggalkan ego kita jauh-jauh. Juga kita harus wapada terhadap diri kita
sendiri yang terlalu percara diri.
Maka orang yang
merasa jauh dari syirik, orang yang merasa tidak akan terjatuh ke dalam
penyimpangan, orang yang merasa aman dari hawa nafsu. Perbuatan merasa aman
dari penyimpangan adalah bentuk dari kemunafikan. Merupakan bentuk dari ujub
atau bangga diri. Hakikatnya mereka adalah orang yang paling mudah terjerembab
ke dalam pikiran mereka sendiri.
Seorang tokoh
salaf bernama Ibnu Abi Mulaykah berkata:
أَدْرَكْتُ ثَلاَثِينَ
مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ -صلى الله عليه وسلم- كُلُّهُمْ يَخَافُ النِّفَاقَ
عَلَى نَفْسِهِ
“aku mengeran 30 orang sahabat nabi, dan setiap
dari mereka pasti ketakutan jika diri mereka terjangkiti sifat munafik”
Seorang salaf
yang bernama Ibrahim at-Tamimi mengatakan,
مَا عَرَضْتُ قَوْلِي
عَلَى عَمَلِي إِلاَّ خَشِيتُ أَن أَكُونَ مُكَذَّبًا
“tidaklah
amalanku jikalau tidak seimbang dengan apa yang aku ucap. Aku pasti khawatir
jangan-jangan aku adalah pendusta”
Dan Al-Hasan
mengatakan:
مَا خَافَهُ -النفاق-
إِلاَّ مُؤْمِنٌ، وَلاَ أَمِنَهُ إِلاَّ مُنَافِقٌ
“orang yang
takut dengan sifat munafik, sebenarnya dia adalah mu’min. Dan orang yang merasa
aman dari kemunafikan, itulah sebenarnya orang munafik”
Seorang mukmin
itu adalah orang yang paling khawatir dengan kemunafikan. Khawatir tergelencir
ke dalam fitnah. Sehingga kita harus menjauhi rasa aman tersebut. Allah ta’ala berfirman,
وَإِذَا رَأَيْتَ
الَّذِينَ يَخُوضُونَ فِي آيَاتِنَا فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ حَتَّى يَخُوضُواْ فِي
حَدِيثٍ غَيْرِهِ وَإِمَّا يُنسِيَنَّكَ الشَّيْطَانُ فَلاَ تَقْعُدْ بَعْدَ
الذِّكْرَى مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ) [الأنعام: 68]
“Apabila
engkau (Muhammad) melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka
tinggalkanlah mereka hingga mereka beralih ke pembicaraan lain. Dan jika setan
benar-benar menjadikan engkau lupa (akan larangan ini), setelah ingat kembali
janganlah engkau duduk bersama orang-orang yang zalim.” (QS. al-An’am:
68)
Dan Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam juga menceritakan tentang gambaran Dajjal,
مَنْ سَمِعَ
بِالدَّجَّالِ فَلْيَنْأَ عَنْهُ، فَوَ اللَّهِ إِنَّ الرَّجُلَ لَيَأْتِيهِ
وَهْوَ يَحْسِبُ أَنَّهُ مُؤْمِنٌ، فَيَتَّبِعُهُ مِمَّا يُبْعَثُ بِهِ مِنَ
الشُّبُهَاتِ
“barang
siapa yang mendengar kabar tentang Dajjal hendaklah menjauh darinya. Demi Allah
sesunnguhnya ada seorang laki-laki yang mendatangi Dajjal dan dia mengira
dirinya mu’min, tapi kemudian ternyata dia menjadi pengikutnya karena
terjangkiti syubhat.”
Jamaah yang
dirahmati Allah..
Inilah kisah
nabi Yusuf. Putra dari rumah nabi yang penuh dengan iman. Beliau dihadapkan
dengan fitnah dari wanita yang menjadi tuannya tapi beliau menolaknya.
وَرَاوَدَتْهُ الَّتِي
هُوَ فِي بَيْتِهَا عَن نَّفْسِهِ)[يوسف:23].
“Dan
perempuan yang dia (Yusuf) tinggal di rumahnya menggoda dirinya.” (QS.
Yusuf: 23)
Beliau adalah
wanita istana. Memangil nabi Yusuf untuk melayani syahwatnya. Wanita ini
memilik banyak pengawal. Nabi Yusuf tidak bisa membela diri dan meolak tawaran.
Dan sebagai siasat wanita ini dia kemudian mengunci pintu-pintu istana untuk
kehati-hatian dirinya.
(وغَلَّقَتِ الْأَبْوَابَ)[يوسف:23]
“Dan dia
menutup pintu-pintu” (QS. Yusuf: 23)
Dengan menutup
pintu itu akhrinya tidak ada satu orangpun yang bisa melihat perbuatannya.
Sehingga dia bisa melancarkan godaannya dengan aman dan tertutup. Kemudian dia
tinggal mengajak yusuf untuk berzina yang keji dan kotor.
(وَقَالَتْ هَيْتَ لَكَ)[يوسف:23]
“lalu
berkata, “Marilah mendekat kepadaku.” (QS. Yusuf: 23)
Namun yusuf
kemudian berlari menjauh. Dan berserah nasib kepada Allah dan meminta
perlindungan kepada Allah.
(قَالَ مَعَاذَ اللَّهِ)[يوسف:23].
“Yusuf
berkata, “Aku berlindung kepada Allah” (QS. Yusuf: 23)
Tidak ada
pelarian dan perlindungan yang paling aman selain hanya kepada Allah semata.
Tidak ada yang bisa melindungi manusia dari fitnah selain Allah ta’ala saja.
Tapi kemudian
kisah ini tidak berhenti begitu saja. Wanita istiana ini punya siasat baru. Dia
kemudian memberikan ancaman kepada yusuf jika tidak melakukan panggilan
syahwatnya.
(وَلَئِن لَّمْ يَفْعَلْ مَا آمُرُهُ
لَيُسْجَنَنَّ وَلَيَكُونًا مِّنَ الصَّاغِرِينَ)[يوسف: 32]
“Jika dia
tidak melakukan apa yang aku perintahkan kepadanya, niscaya dia akan
dipenjarakan, dan dia akan menjadi orang yang hina.” (QS. Yusuf: 32)
Tapi nabi yusuf
yang memiliki jiwa yang berish dan suci. Pemilik prinsip beragama yang kuat.
Tidak pernah ada dalam kamus hidupnya untuk berkhianat. Beliau tidak punya
pilihan selain berlari dari fitnah dan dengan jelas dan sepenuh hati beliau
memilih untuk hidup di penjara.
قَالَ رَبِّ السِّجْنُ
أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدْعُونَنِي إِلَيْهِ وَإِلاَّ تَصْرِفْ عَنِّي
كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ وَأَكُن مِّنَ الْجَاهِلِينَ [يوسف: 33]
“Yusuf berkata,
“Wahai Tuhan-ku! Penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka. Jika
aku tidak Engkau Hindarkan dari tipu daya mereka, niscaya aku akan cenderung
untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentu aku termasuk orang yang bodoh.”
(QS. Yusuf: 33)
Tidak cukup itu
saja, nabi Yusuf juga menambahkan,
وَإِلَّا تَصْرِفْ
عَنِّي كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ
“Jika aku tidak
Engkau Hindarkan dari tipu daya mereka, niscaya aku akan cenderung untuk
(memenuhi keinginan mereka” (QS. Yusuf: 33)
Ya, beliau
masih sangat takut terjerumus ke dalam fitnah. Beliau khawatir terjerembab
dalam penyimpangan. Meskipun kedudukan beliau dalam keimanan sudah mencapai
derajat yaqin. Disertai dengan kewaspadaan penuh. Serta penyerahan diri kepada
Allah.
Maka siapapun
yang berlari dari fitnah dan berlindung kepada Allah, niscaya Allah akan
memelihara dari hal tersebut serta menyelamatkannya.
Maka kemudian,
(فَاسْتَجَابَ لَهُ رَبُّهُ فَصَرَفَ عَنْهُ
كَيْدَهُنَّ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ) [يوسف:34]
“Maka Tuhan
Memperkenankan doa Yusuf, dan Dia Menghindarkan Yusuf dari tipu daya mereka.
Dia-lah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (QS. Yusuf: 34)
Seorang mukmin
itu, jama’ah yang dirahmati Allah. Adalah orang yang takut terjerumus kepada
penyimpangan. Khatir terjatuh ke dalam fitnah. Khawatir jika kemudain
terpelenceng dari jalannya orang mu’min kepada jalan yang dilali oleh orang
munafik. Inilah yang ditakuti oleh nabi Muhammad, jika sampai petaka ini
menimpa ummatnya. Nabi Muhammad bersabda,
إِنَّمَا أَخَافُ عَلَى
أُمَّتِي الأَئِمَّةَ الْمُضِلِّينَ
“sesungguhnya
yang aku khawatirkan dari ummatku adalah pemimpin-pemimpin sesat yang menguasai
mereka”
Seorang
mukmin itu wahai para jamaah, dia akan
selalu waspada jika ingin bepergian ke negara yang penduduknya tidak
beriman kepada Allah. Penduduknya selalu ingkar kepada Allah sepanjang siang
dan malam. Seorang mukmin akan terus merasa takut jika tergelincir mengikuti
mereka. Di sana mereka tidak perna mendengar kumandang adzan. Sehingga Rasulullah
mengingatkan untuk orang-orang yang tinggal di antara masyarakat yang kafir
tanpa ada tujuan yang bisa dibenarkan agama. Rasulullah bersabda,
أَنَا بَرِيء مِنْ
كُلِّ مُسْلِمٍ يُقِيمُ بَيْنَ أَظْهُرِ الْمُشْرِكِينَ"
“Aku
berlepas diri dari orang muslim yang hidup dan tinggal di antara pemukiman
orang-orang musrik” (HR. Abu Daud)
Maka, kaum
muslimin yang dirahmati Allah. Tetaplah kokoh
berpegang teguh dengan syariat. Jauhi maksiat. Selalu perbanyak taubat. Jangan sampai
kita terlena dengan perbuatan orang kafir terlaknat. Allah ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُواْ مَن يَرْتَدَّ مِنكُمْ عَن دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللّهُ بِقَوْمٍ
يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى
الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللّهِ وَلاَ يَخَافُونَ لَوْمَةَ لآئِمٍ
ذَلِكَ فَضْلُ اللّهِ يُؤْتِيهِ مَن يَشَاء وَاللّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
“Wahai
orang-orang yang beriman! Barangsiapa di antara kamu yang murtad (keluar) dari
agamanya, maka kelak Allah akan Mendatangkan suatu kaum, Dia Mencintai mereka
dan mereka pun mencintai-Nya, dan bersikap lemah lembut terhadap orang-orang
yang beriman, tetapi bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad
di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela.
Itulah karunia Allah yang Diberikan-Nya kepada siapa yang Dia Kehendaki. Dan
Allah Maha Luas (pemberian-Nya), Maha Mengetahui.” (QS.
al-Maidah: 54)
KHUTBAH
KEDUA
DO’A
Kampung
Damai, 9 Septembber 2019
Comments