
KHUTBAH PERTAMA
الحمد لله رب العالمين،
والصلاة والسلام على رسوله الكريم، وعلى آله وصحبه أجمعين، اللهّم صلّ على محمّد وعلى
أل محمّد كما صلّيت على إبراهيم و على أل إبراهيم إنك حميد مجيد.
فيا عباد الله أوصيكم
وإياي نفسي بتقوى الله، حيث قال جلّ و على في كتابه التنزيل (يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
) و ( َيا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا
اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ
ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا ) وقال
في أية الأخرى ( يا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا
رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ
مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ
وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا ) أمّا بعد.
Jamaah sholat jumat yang dirahmati
Allah...
Marilah kita bersyukur kepada Allah ta’ala.
Karena Allah telah memberikan banyak sekali kenikmatan yang membuat kita bisa
selalu beribadah kepada Allah. Baik itu yang berupa kondisi tubuh kita yang
sehat terhindar dari virus. Begitu juga waktu yang diberikan oleh Allah
sehingga kita masih bisa menjalankan sholat jum’at secara berjamaah.
Mari kita lantunkan selalu Sholawat dan salam
untuk nabi kita, rasul kita, Nabiyullah Muhammad saw. yang mana dengan
kehadiran beliau di dunia ini, akhirnya kita bisa mengenal Allah dan bagaimana
kita juga bisa kembali kelak menuju surganya Allah.
Tidak lupa khatib selalu mengingatkan kepada
jama’ah sekalian untuk selalu bertakwa. Bertakwa adalah sebuah sikap untuk
selalu menjalankan apa yang diperintah oleh Allah dan meninggalkan apapun yang
dilarang oleh Allah semampu kita. Semoga dengan ketaqwaan ini kita mendapatkan
ridha. Setelah ridha Allah telah kita dapat, tentu tidak ada balasan selain
surga di akhirat kelak.
Jamaah yang dirahmati Allah...
Kebahagian adalah suasana hati yang tenang,
kesanggupan hati untuk ridha dengan apa yang telah ditetapkan oleh Allah kepada
kita, dan perasaan yang mengkombinasikan antara optimisme dan menerima apun
yang terjadi pada hidup. Semua manusia di dunia ini menginginkan kebahagiaan.
Akan tetapi di mana kita bisa mendapat kebahagiaan itu? Apakah bisa didapatkan
di istana-istana yang megah? Atau di rumah-rumah yang mewah? Atau taman taman
yang indah? Atau dengan harta yang melimpah? Atau dengan ketenaran dan menjadi
terkenal?
Tentu itu semua bukanlah tempat kebahagiaan.
Karena bahagia adalah ketenangan fikiran. Kesenangan dari dalam hati yang
lapang. Dan kebaikan yang selalu memenuhi hati seorang mukmin.
Kebahagiaan menurut salafush shalih (generasi
awal umat Islam) –semoga Allah meridhoi mereka- bisa didapat dengan sedikitnya
materi yang ada digenggaman. Bisa didapat juga dengan sedikitnya penghasilan
dan seklimit harta. Sehingga Sa’id bin Musayyib bisa bahagia dengan ilmu yang
dimiliki. Imam Bukhari bisa bahagia dengan karya kitab shahihnya. Hasan
al-Bashri dengan kejujurannya. Imam Syafi’i dengan kemantapan istinbathnya.
Imam Malik dengan keluasan pengetahuan fiqihnya. Imam Ahmad dengan
ketinggian sikap wara’nya. Semua ini kemudian dibenarkan oleh firman
Allah,
مَا عِندَكُمْ يَنفَدُ ۖ وَمَا عِندَ اللَّهِ بَاقٍ ۗ وَلَنَجْزِيَنَّ الَّذِينَ صَبَرُوا أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Apa yang ada di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi
Allah adalah kekal. Dan Kami pasti akan Memberi balasan kepada orang yang sabar
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. Barangsiapa
mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman,
maka pasti akan Kami Berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami Beri
balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (Qs.
al-Nahl: 96-97)
Banyak
manusia yang mengira hanya dengan rumah luas dan penuh dengan perabotan yang
akan menjadi penyebab utama kebahagiaan. Padahal justru sebaliknya, semua itu
penyebab utama kesedihan dan kesempitan hati. Sebab Allah berfirman,
وَلَا
تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَى مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجاً مِّنْهُمْ زَهْرَةَ
الْحَيَاةِ الدُّنيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَى
“Dan janganlah engkau tujukan pandangan matamu kepada
kenikmatan yang telah Kami Berikan kepada beberapa golongan dari mereka,
(sebagai) bunga kehidupan dunia, agar Kami Uji mereka dengan (kesenangan) itu.
Karunia Tuhan-mu lebih baik dan lebih kekal.” (Qs.
Thaha: 131)
Dan tentang dunia ini Rasulullah saw.
bersabda,
الدنيا
ملعونة ملعون ما فيها إلا ذكر الله، وما والاه، أو عالما، أو متعلما
“Dunia itu terlaknat dan terlaknat juga apa
yang ada di dalamnya kecuali dzirkir mengingat Allah dan orang yang mengikuti
dzikir itu, serta orang yang mengajarkan dan mempelajari ilmu” (Hr. Ibnu Majah)
Hadits ini menjelaskan tentang hakikat dunia
dan isinya, yang berupa rumah, istana-istana, kenikmatannya, perbendaharaannya
dan semua yang ada di dalam dunia ini. Dunia ini kemudian menjadi tempat yang
luas bagi orang-orang kafir dan menjadi sempit bagi orang yang mukmin. Hal ini
karena dunia adalah ujian dari Allah rabb semesta alam.
Kodisi kehidupan Rasulullah saw. sangat faqir
dan terbiasa dengan lilitan rasa lapar. Beliau bahkan tidak bisa mendapatkan
sebuah kurma satu butirpun, meski itu kurma yang paling jelek untuk menutupi
rasa lapar. Meski kondisi kehidupannya beliau seperti itu, beliau selalu
nyaman, gembira, luas hatinya dan tenang.
مَا
وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَى -٣- وَلَلْآخِرَةُ خَيْرٌ لَّكَ مِنَ الْأُولَى -٤-
وَلَسَوْفَ يُعْطِيكَ رَبُّكَ فَتَرْضَى
“Tuhan-mu tidak meninggalkan engkau
(Muhammad) dan tidak (pula) membencimu, dan sungguh, yang kemudian itu lebih
baik bagimu daripada yang permulaan. Dan sungguh, kelak Tuhan-mu pasti
Memberikan karunia-Nya kepadamu, sehingga engkau menjadi puas.” (Qs. al-Dhuha: 3-5)
Keislaman seorang muslim pada hakikatnya lebih
mulia dari pada kerajaan dan istana kisra. Karena dengan agamanya itu kelak ia
akan menempati surga yang penuh dengan kenikmatan. Sedangkan nasab dan
ketenaran itu hanyalah penyebab seseorang menjadi tergelincir. Sebagaimana yang
Allah firmankan,
إِنَّا
نَحْنُ نَرِثُ الْأَرْضَ وَمَنْ عَلَيْهَا وَإِلَيْنَا يُرْجَعُونَ
“Sesungguhnya Kami-lah yang Mewarisi
bumi dan semua yang ada di atasnya, dan hanya kepada Kami mereka dikembalikan.”
(Qs. Maryam: 40)
Seorang sahabat bernama Utbah bin Ghazwan ra.
pernah berkhutbah dengan sangat menakjubkan tentang bagaimana kondisi ketika
beliau hidup bersama Rasulullah saw.. Dia memakan dedaunan bersama Rasulullah
saat berjihad di Jalan Allah. Kejadian ini adalah kenangan manis dia bersama
Rasulullah saw. yang selalu beliau kenang setelah Rasulullah saw. meninggal.
Akhirnya Utbah bin Ghazwan ini menjadi seorang pemimpin dan hakim.
Kaum muslimin yang
dirahmati Allah...
Ketika Umar bin Khattab
bertemu al-Habib Nabi Muhammad al-Mushtafa saw. dan masuk ke dalam rumahnya.
Beliau kemudian masuk ke dalam ruang makan-makan minum Rasulullah saw.. Tatkala
itu beliau melihat ada bekas tikar pelepah kurma yang membekas pada punggung
Rasulullah. Kemudian ia juga tidak meliahta makanan apapun yang ada di dalam
rumah Rasulullah selain beberapa untai gandum yang tergelantung. Akhirnya Umar
menangis karena prihatin. Sembari berkata kepada Rasulullah saw.,
“Do’akan umat anda ya
Rasul agar bisa hidup dengan keluasan, karena mereka telah meluaskan wilayahnya
dengan penaklukan Persi dan Romawi yang mereka tidak menyembah Allah.”
Nabi kemudian menjawab,
“Apakah engkau
ragu-ragu wahai Ibnu Khattab? Mereka (Pesia dan Romawi) adalah orang-orang yang
dipercepat kesenangan mereka di dunia” (Hr. Muslim)
Kemudian dalam riwayat
Bukhari, Umar pernah juga berkata tentang sifat-sifat Rasulullah. Rasulullah
ketika tidur beralaskan pelepah kurma tanpa alas lain. Sedang di kepalanya ada
bantal yang terbuat dari kulit binatang yang diisi dengan sabut kurma. Di bawah
kaki beliau terdapat dedainan yang biasa dipakai menyamak kulit. Sedang di
kepala beliau tergantung kulit yang sudah disamak. Sehingga Umar kemudian
menangis. Rasulullah pun bertanya, “Apa yang membuatmu menangis?”
Umar menjawab, “Wahai
Rasulullah, Kisra Persia dan Kaisar Romawi dengan kemewahannya, sedangkan
engkau seorang Rasul dalam keadaan seperti ini?”
Rasulullah kemudian
menjawab, “Tidakkah kamu rela mereka mendapatkan apa yang ada di dunia
sedangkan bagian kita ada di akhirat?”
Ini adalah gambaran yang
paling jelas tentang kebahagiaan. Kebahagiaan bukan tentang rumah mewah, bukan
istana yang megah. Akan tetapi kebahagiaan adalah hati yang lapang yang penuh
dengan sifat zuhud terhadap dunia. Perhatikan Qarun, dimakah kebahagiaan yang
dia punya? Begitu juga dengan Haman? Mereka ini hartanya ditenggelamkan di
dunia, kemudian dilaknat di akhirat.
Kebahagiaan terletak pada
keimanan, kesabaran, berbuat kebaikan
dan pengorbanan. Sebagaimana kondisi Bilal bin Rabbah, Salman al-Farisi dan
Ammar bin Yasir. Mereka ini orang-orang yang dikatakan oleh Allah,
أُوْلَـئِكَ
الَّذِينَ هَدَى اللّهُ فَبِهُدَاهُمُ اقْتَدِهْ قُل لاَّ أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ
أَجْراً إِنْ هُوَ إِلاَّ ذِكْرَى لِلْعَالَمِينَ
“Mereka itulah yang
telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka.” (Qs. al-An’am: 90)
أُوْلَئِكَ
الَّذِينَ نَتَقَبَّلُ عَنْهُمْ أَحْسَنَ مَا عَمِلُوا وَنَتَجاوَزُ عَن
سَيِّئَاتِهِمْ فِي أَصْحَابِ الْجَنَّةِ وَعْدَ الصِّدْقِ الَّذِي كَانُوا
يُوعَدُونَ
“Mereka itulah
orang-orang yang Kami Terima amal baiknya yang telah mereka kerjakan, dan
(orang-orang) yang Kami Maafkan kesalahan-kesalahannya, (mereka akan menjadi)
penghuni-penghuni surga. Itu janji yang benar yang telah dijanjikan kepada
mereka.” (Qs.
al-Ahqaf: 16)
KHUTBAH KEDUA
Jama’atal mushallin rahimakumullah..
Semoga dengan khutbah ini
kita menjadi ingat, bahwa kebahagiaan seorang muslim bukan dengan materi yang
dia miliki atau yang tidak dia miliki. Tapi kebahagiaan seorang muslim adalah dengan
keimanan yang selalu diusahakan untuk dimiliki.
Mari kita tutup khutbah
pada siang hari ini dengan do’a.
إِنَّ اللهَ
وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا
صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللَّهُمَّ صَلِّ
عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ وَرَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْ كُلِّ
صَحَابَةِ رَسُوْلِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ.
رَبَّنَا لاَ تُزِغْ
قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ
أَنتَ الْوَهَّابُ.
رَبَّنَا أَفْرِغْ
عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ
الْكَافِرِيْنَ.
اَللَّهُمَ أَعِزَّ
اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَصْلِحْ وُلاَةَ الْمُسْلِمِيْنَ، وَأَلِّفْ
بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِهِمْ وَانْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّكَ
وَعَدُوِّهِمْ وَوَفِّقْهُمْ لِلْعَمَلِ بِمَا فِيْهِ صَلاَحُ اْلإِسْلاَمِ
وَالْمُسْلِمِيْنَ.
اَللَّهُمَ لاَ
تُسَلِّطْ عَلَيْنَا بِذُنُوْبِنَا مَنْ لاَ يَخَافُكَ فِيْنَا وَلاَ يَرْحَمُنَا.
رَبَّنَا آتِنَا فِي
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
سُبْحَانَ رَبِّكَ
رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ
لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
Disarikan dari: Dr. Muhammad bin Ahmad
al-Dausiri
Comments