Kematian ulama hari ini sedang banyak
melanda kaum muslimin di manapun. Hingga sebagian kalangan mengatakan tahun ini
sebagai ammul huzni (tahun kesedihan) bagi kaum muslimin. Maka khutbah
ini berbicara tentang wafatnya para ulama merupakan kesedihan yang mendalam
bagi kaum muslimin.
KHUTBAH PERTAMA:
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته...
إِنّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ، وَ
نَسْتَعِينُهُ، وَ نَسْتَغْفِرُهُ، وَ نَعُوذُ بِالِله مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا،
وَ سَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلّ لَهُ، وَ مَنْ
يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَا الله، وَحْدَهُ
لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَ أَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُولهُ، أشهد أن لا
إله إلا الله، وأشهد أن محمدا رسول الله
قَالَ
تَعَالَى: (يَا أَيّهَا الّذِينَ آمَنُوا اتّقُوا الله حَقّ تُقَاتِهِ وَ لَا
تَمُوتُنّ إِلاّ وَ أَنْتُمْ مُسْلِمُون(
وَ قَلَ: يَا أَيّهَا الّذِينَ آمَنُوا اتّقُوا الله وَ قُولُوا قَوْلاً
سَدِيدًا يّصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَ يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَ مَنْ
يّطِعِ الله وَ رَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا(
وقال رسول الله صلى الله عليه و سلم : اتق الله
حيثما كنت و اتبع السيئات الحسية تمحوها و خالق الناس بخلق حسن أَمّا بَعْدُ:
فَإِنّ أَحْسَنَ الْكَلَم كَلَمُ الله، وَ خَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمّدٍ صَلّى
الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشّرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَ كُلّ مُحْدَثاَتٍ
بِدْعَةٌ، وَ كُلّ بِدْعَةٍ ضَلَلَةٌ، وَ كُلّ ضَلَلَةٍ فِى النّارِ
Dalam Khutbah ini kami selaku khotib
mengajak jamaah sekalian untuk selalu bersyukur dengan mengucap alhamdulillah.
Atas kenikmatan yang diberikan oleh Allah. Dan limpahan hidayah dan
taufiqnya sehingga kita masih mau dan mampu menjalankan ibadah.
Selanjutnya saya mengajak jam’ah
untuk selalu bersholawat kepada Nabi Muhammad shallallahu alaih wa sallam dengan
selalu mengucapkan allahumma shalli ala sayyidina muhammad. Dan
memperbanyak membacanya pada hari jum’at ini. Agar kelak kita semua mendapatkan
syafa’at dan berkumpul di surga bersama-sama.
Saya sebagai khatib tidak lupa untuk
selalu mengajak saya pribadi secara khusus dan secara umum untuk jamaah
sekalian, untuk bertaqwa kepada Allah. Menjauhi larangan dan menjalankan
perintah Allah. Semoga Allah berikan kekuatan kepada kita untuk mentaati segala
syariat yang dianugrahkan kepada kita.
Jamaah shlolat jumat tamu undangan
Allah subhanahu wa ta’ala...
Al-Imam Hasan al-Bashri pernah
mengatakan:
موت العالم ثلمة في الإسلام لا يسدها شيء ما
اختلف الليل والنهار
“Kematian
seorang ulama adalah kebocoran dalam Islam, yang itu tidak bisa ditambal
meskipun dengan berlalu siang dan malam”
Kaum muslimin yang dirahmati Allah,
beberapa tahun ini banyak sekali kejadian pilu yang datang beruntun. Secara
cepat seakan langit-langit mencabut bintang-bintangnya. Bumi mengambil barakahnya.
Ulama meninggalkan kita karena ajal yang memang sudah tiba. Diantaranya adalah meninggalnya Muhammad Adnan Al-Afyouni dari Damaskus, Kyai Maimun Zubair
Rembang, kemudian Syeikh Ali Jaber, Habib Ja'far Al-Kaff, K.H. Najib Abdul
Qadir dan masih banyak lagi ulama-ulama ummat meniggalkan dunia ini.
Semoga Allah merahmati mereka semua
dan memasukkannya ke dalam Surga bersama baginda Rasulullah tercinta.
Meninggalnya ulama berarti hilanglah
sebuah ilmu. Ilmu yang kita jadikan pedoman dalam hidup. Ilmu yang menjadi
cerminan perilaku ulama menjadi hilang. Hal ini karena Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam bersabda, sebagaiman yang telah diriwayatkan dalam kitab shahihain.
إن الله لا يقبض العلم انتزاعًا ينتزعه من صدور
العباد، ولكن يقبض العلم بقبض العلماء
“Sesungguhnya
Allah tidak mencabut sebuah ilmu secara langsung dengan menghilangkannya dari
dada hamba-hambanya, akan tetapi mencabutnya dengan mewafatkan para ulama”
Jamaah jum’at yang dirahmati
Allah....
Meninggalnya ulama adalah salah
satu tanda-tanda dekatnya hari kiyamat. Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam bersabada, sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari.
لا تقوم الساعة حتى يقبض العلم وتظهر الفتن
“Kiyamat
tidak akan pernah terjadi sebelum tercabutnya ilmu dan merajalelanya
fitnah-fitnah”
Padahal
tidak lah ilmu tercabut kecuali dengan meninggalnya para Ulama.
Sungguh
benar apa yang dikatakan oleh al-Imam al-Hasan al-Bashri,
موت العالم ثلمة في الإسلام لا يسدها شيء ما
اختلف الليل والنهار
“Kematian
ulama adalah kebocoran Islam, yang itu tidak bisa ditambal dengan berlalunya
siang dan malam”
Seorang Umar
bin Khattab radhiyallahu anhu sahabat yang faqih, sahabat yang sangat
mendalam pemahaman agamanya mengatakan,
موت ألف عابد أهون من موت عالم بصير بحلال الله
وحرامه
“Kematian
seribu ahli ibadah itu lebih ringan dari pada kematian seorang ulama yang mengerti
tentang halal dan haram”
Tahukah
kenapa begitu jama’ah yang dirahmati Allah?
Karena
seorang ahli ibadah mengabdi hanya untuk dirinya sendiri, sedangkan seorang
ulama mengabdi untu umat dan masyarakat luas dengan ilmu yang dimiliki. Maka
dari itu sudah seharusnya masyarakat kita bersedih dengan kematian ulama. Kita
harus berduka dengan wafatnya ulama. Bahkan termasuk penduduk bumi seharusnya
bersedih. Karena Allah berfirman,
أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّا نَأْتِي الأَرْضَ
نَنْقُصُهَا مِنْ أَطْرَافِهَا
“Dan apakah
mereka tidak melihat bahwa kami mendatangi daerah-daerah (orang yang ingkar
kepada Allah), lalu kami kurangi (daerah-daerah) itu (sedikit demi sedikit)
dari tepi-tepinya?”
Abdullah Ibnu
Abbas radhiyallahu anhu menjelaskan tafsirnya,
“Ayat ini
berkaitan dengan hancurnya dunia itu
dengan menginggalnya orang-orang alim dan pelaku-pelaku kebaikan di antara
mereka”
Hadirin
yang dirahmati Allah, Sungguh benar..
موت العالم ثلمة في الإسلام لا يسدها شيء
“Kematian
ulama adalah kebocoran dalam islam yang tidak bisa ditambal dengan apapun”
Dan
kematian ulama tidak bisa disamakan dengan kematian siapapun, kenapa? Karena
jarak antara mereka dengan Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wa sallam
memiliki nasab yang sangat baik. Tidak ada nasab yang lebih baik dari pada
nasab ulama. Dalam shahih bukhari diriwayatkan. Rasulullah bersabda,
العلماء هم ورثة الأنبياء
“Para
ulama adalah ahli warisnya para nabi”
Ya para
ulama adalah ahli waris Nabi. Hal ini dipersaksikan langsung oleh Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam sendiri. Sehingga kalau di antara mereka ada yang
meninggal, maka sebenarnya ada yang meninggal dari salah satu ahli waris
Rasulullah. Makanya, hidupnya ulama tidak ada apa-apanya dibanding dengan harta
benda dunia seluruhnya. Dan kematian ulama tidak bisa dibayar dengan apa yang
ada dibumi seluruhnya. Makanya dalam sebuah kisah, ketika Umar bin Khattab
meninggal. Seorang Sa’id bin Zaid menangisinya sambil mengatakan,
على الإسلام أبكي
“aku
menangisi Islam”
Artinya
meniggalnya Umar adalah kebocoran Islam yang tidak akan pernah bisa ditambal
sampai hari kiyamat kelak.
Jamaah
yang dirahmati Allah.. sekali lagi..
موت العالم ثلمة في الإسلام لا يسدها شيء
“Kematian
ulama adalah bocornya Islam, yang itu tidak bisa ditambal dengan apapun”
Kenapa
kematian ulama begitu mulia? Karena Allah sendiri yang telah memuji mereka
dalam al-Qur’an. Ulama menjadi saksi ke-esaan Allah. Dan disandingkan dengan
para malaikat yang mulia
شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلاَّ هُوَ
وَالْمَلائِكَةُ وَأُوْلُوا الْعِلْمِ قَائِماً بِالْقِسْطِ لا إِلَهَ إِلاَّ هُوَ
الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
“Allah
menyatakan bahwa tidak ada tuhan selain Dia; (demikian pula) para malaikat dan
orang-orang berilmu yang menegakkan keadilan, tidak ada tuhan selain Dia, yang
Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (QS. Ali-Imran: 18)
Imam
al-Qurthubi rahimahullah mengatakan,
لو كان أحد أشرف من العلماء لقرنهم الله باسمه
واسم ملائكته
“Kalaulah
ada yang lebih mulia dari ulama tentu Allah akan sandingkan dengan nama-Nya dan
nama Malaikat”
Allah
telah memuliakan kedudukan para ulama di dunia dan Akhirat. Allah berfirman,
يرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ
وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
“Niscaya
Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang berilmu di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu beberapa derajat.” (QS. al-Mujadalah: 11)
Para pakar
tafsir menjelaskan tentang (درجات) adalah semua derajat
kedudukan di dunia maupun di akhirat.
Jama’ah
sholat jum’at rahimakumullah.
موت العالم ثلمة في الإسلام لا يسدها شيء
“Kematian
ulama adalah kebocoran dalam islam yang tidak bisa ditambal dengan apapun”
Kenapa
harus kematian ulama? Karena Nabi kita shallallahu alaihi wa sallam
memuliakan keberadaan mereka. Hadits Abu Umamah radhiyallahu anhu
mengatakan, “Pernah suatu ketika Rasulullah menceritakan tentang dua orang
laki-laki. Satunya adalah ahli ibadah sedang yang satu lagi ahli ilmu atau
Ulama. Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
فَضْلُ العَالِمِ عَلَى العَابِدِ كَفَضْلِي
عَلَى أدْنَاكُمْ
“Keutamaan
seorang ulama di atas ahli ibadah itu seperti keutamaanku (rasulullah) dengan
orang yang paling rendahan di mata kalian”
Kemudian
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengatakan sebuah kalimat yang
sangat jujur. Tidak ada kebohongan sedikitpun di dalam nya. Ini tidak diberikan
kepada orang yang punya banyak harta. Juga tidak untuk orang yang terhormat di
kalangan masyarakat. Tetapi hanya diberikan kepada ulama. Tidak untuk yang
lain. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
إنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ وَأهْلَ
السَّماوَاتِ وَالأَرْضِ حَتَّى النَّمْلَةَ في جُحْرِهَا وَحَتَّى الحُوتَ
لَيُصَلُّونَ عَلَى مُعَلِّمِي النَّاسِ الخَيْرَ
“Sesungguhnya
Allah dan para malaikatnya, bahkan sampai semut-semut yang ada di dalam
lubang-lubang mereka, dan bahkan ikan-ikan paus yang ada di dasar lautan,
mereka selalu mendoakan kebaikan untuk orang-orang yang mengajarkan kebaikan
kepada manusia.”
Suatu hari
seorang Amirul Mukminin Harun ar-Rasyid rahimahullah pernah bertanya
kepada Yahya bin Aktsam. “Siapakah orang yang paling memiliki kedudukan
paling mulia”?
Yahya bin
Aktsam menjawab, “Tidak ada selain engkau wahai amirul mukminin yang lebih
tinggi kedudukannya.”
Kemudian
Harun ar-Rasyid Amirul Mukminin rahimahullah yang setiap tahun selalu
haji dan berangkat ke medan perang secara bergiliran menjawab.
“Tapi, ada
orang yang kedudukannya lebih tinggi dari saya yaitu seorang yang mengajar di
sebuah halaqah dan mengatakan, ‘qalallah wa qala rasulullah’ (al-Qur’an dan
Sunnah) karena namanya selalu berdekatan dengan Rasulullah”
Inilah
yang dikatakan oleh Harun al- Rasyid rahimahullah tentang kemuliaan
ulama dan kedudukannya yang tinggi. Beliau mengingnkan agar supa orang-orang
tahu, sadar dan faham; tentang kematian ulama hakikatnya adalah kebocoran Islam
yang tidak bisa ditambal dengan apapun.
Dan betapa
seharusnya semua orang bersedih. Segala penduduk langit dan bumi berduka dengan
meninggalnya ulama. Karena ulama adalah pengembang risalah dakwah Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam. Pembawa amanah Rasulullah. Bukankah Rasulullah bersabda,
العلماء هم ورثة الأنبياء، إنّ الأنبياء لم
يورثوا دينارًا ولا درهمًا، وإنما ورثوا العلم
“Ulama ada
pewaris para nabi. Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham,
akan tetapi mereka mewarisi ilmu”
Para ulama
menghabiskan umur mereka untuk ilmu. Mereka wakafkan dirinya untuk Allah dan
rasul-Nya. Mewakafkan diri mereka untuk keberlangsungan tegaknya dakwah Allah ta’ala
tetap tegak. Sehingga pantas untuk diberikan oleh Allah kemuliaan.
Mereka meninggal dalam keadaan menegakkan syariat Allah. Maka pantas untuk
mereka mendapat surga-Nya.
Seorang
Yahya bin Ja’far ketika Imam Bukhari meninggal dunia mengatakan, “Kalau
seandainya aku bisa menambah umur Muhammad bin Ismail (imam Bukhori) dengan
mengurangi umurku, tentu aku lakukan. Karena kalau aku mati, itu hanya kematian
seorang biasa. Tapi kalau meniggalnya beliau itu berarti hilanglah sebuah ilmu”
Hamba-hamba
Allah yang mulia...
Allah
berfirman, dengan redaksi ayatnya seolah ingin bertanya.
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ
وَالَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ
“Apakah
sama orang yang mengetahui dan tidak mengetahui?” (QS. az-Zumar: 9)
Tidak,
tidak sama. Baik kehidupan mereka atau meninggalnya mereka. Tidak juga tempat
kebangkitannya kelak dan pahala mereka. Di sisi Allah mereka jauh lebih mulia.
Kaum
muslimin yang dirahmati Allah...
Menjadi
kewajiban kita untuk menghormati ulama yang diberikan petunjuk. Ulama-ulama
yang lurus dan ikhlas. Karena menghormati ulama adalah bagian dari Aqidah
seorang muslim. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
ليس من أمتي من لم يجل كبيرنا، ويرحم صغيرنا،
ويعرف لعالمنا حقه
“Tidak
termasuk golongan ummatku, orang yang tidak menghormati orang yang lebih besar
atau tidak menyayangi orang yang lebih kecil. Atau tidak memberikan hak kepada
ulama kami.”
Dalam
sebuah kisah diceritakan bahwa Zaid bin Tsabit radhiyallahu anhu mengendarai
keledai. Kemudian tiba-tiba Abdullah bin Abbas datang dan menggandeng talinya.
Tentu Zaid bin Tsabit merasa sungkan dan mengatakan mengatakan, “Tidak perlu
begitu wahai paman Rasulullah”
Ibnu Abbas
menjawab, “Beginilah kami diperintahkan untuk menghormati ulama kami”
Maka Jama’ah yang dirahmati Allah...
Termasuk
dari bagian sunnah rasulullah adalah memuliakan ulama. Jangan seperti
orang-orang munafik yang mereka tidak menghormati ulama. Ibnu Abbas radhiyallahu
anhu mengatakan, “Barang siapa yang menyakiti Ulama maka sebenarnya dia
telah menyakiti Rasulullah. Dan barang siapa yang menyakiti Rasulullah, berarti
dia telah menyakiti Allah.”
Maka
cintai dan cintai ulama yang telah menolong, meperjuangkan dan membela apa yang
pernah diperjuangkan oleh Rasulullah. Diantara cara mencintainya adalah
menyebarkan ilmu yang telah mereka tulis. Mengkaji karya-karya mereka. Dan
bersungguh-sungguh untuk menyempurnakan jasa yang telah mereka perbuat.
Menghadiri majlis-majlis ilmu yang mereka buka. Dan bersungguh-sungguh menjadi
penerus mereka.
Ibnu Abbas
ketika ditunjukkan kuburan Zaid bin Tsabit radhiyallahu anhu bertutur, “Siapa
yang ingin melihat bagaiaman ilmu itu hilang, maka seperti inilah ilmu itu
hilang”
اللهم اجعل أعمالنا صالحة، واجعلها لوجهك
خالصة، ولا تجعل لأحد فيها شيئًا، يا رب العالمين
“Ya Allah
jadikan amalan-malan kami layak untuk diterima. Dan jadikanlah hanya untuk
mengharap ridho-Mu. Dan jangan jadikan amalan itu untuk selain-Mu. Ya rabbal
alamiin.
KHUTBAH
KEDUA:
الحمد لله وحده والصلاة والسلام على من لا نيي
بعده، أشهد أن لا إله إلا الله وأشهد أن سيدنا محمد رسول الله،
اللهم صل علي سيدنا محمد وعلى أله وصحبه
أجمعين.
أما بعد
قَالَ تَعَالَى: (يَا أَيّهَا الّذِينَ آمَنُوا
اتّقُوا الله حَقّ تُقَاتِهِ وَ لَا تَمُوتُنّ إِلاّ وَ أَنْتُمْ مُسْلِمُون(
وقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: اتق الله
حيث ما كنت وأتبع السيئة الحسنة تمحوها وخالق النسا بخلق حسن
Jamaah jumat yang dirahmati Allah...
Pada khutbah kedua ini mari kita berdoa kepada
Allah..
اللهم اغفر للمسلمين والمسلمات والمؤمنين
والمؤمنات الأحياء منهم والأموات إنك سميع قريب مجيب الدعوات...
اللهم لا تزغ قلوبنا بعد إذ هديتنا وهب لنا من
لدنك رحمة إنك سميع الدعاء....
ربنا ظلمنا أنفسنا وإن لم تغفرلنا وترحمنا
لنكوننا من الخاسرين...
ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا
عذاب النار...
سبحان ربك رب العزة عنما يصفون وسلام على
المرسلين والحمد لله رب العالمين...
عباد الله، إن الله يأمر بالعدل والإحسان
وإيتاء ذي القربى وينهى عن الفخشاء والمنكر والبغي يعضكم لعلكم تذكرون، فاذكر الله
يذكركم واشكرواه على نعمكم ولذكر الله أكبر والله يعلم ما تصنعون...
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته...
Ponorogo, 15 Agustus 2019
Comments