Kerelaan kepada Allah adalah suatu amal hati yang bisa menjamin kita masuk ke dalam surga. Selain itu kerelaan kepada Allah adalah ciri dari seorang mukmin. Sebaliknya orang yant tidak rela kepada Allah adalah orang orang munafik. Seperti apakah merelakan Allah itu?
إن الحمد
لله، نحمده ونستعينه ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا، من
يهده الله فلا مضل له، ومن يضلل فلا هادي له
وأشهد أن
لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدًا عبده ورسوله
﴿ يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلَّا
وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ ﴾ ]آل عمران: 102[
﴿ يَا أَيُّهَا
النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ
مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا
اللهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ
رَقِيبًا ﴾ ]النساء: 1[
﴿ يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ
يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا ﴾ ]الأحزاب: 70-71[
Kaum muslimin yang dirahmati Allah…
Beriman kepada Allah, berlajan di
jalan yang benar, komitmen dengan syariat yang lurus, mengikuti sunnah Rasulullah,
itu semua adalah kenikmatan besar yang diberikan Allah bagi setiap hamba yang
menginginkan kebagahagiaan. Selain itu ia pasti dijauhkan dari kemalangan dan
kesengsaraan.
Seseorang yang rela Allah menjadi
tuhannya, Muhammad sebagai Nabinya, maka ia telah memiliki permata kebahagiaan
dalam hidupnya. Ia telah memiliki tanda keberuntungan dalam hidupnya, dan
dengan begitu ia bisa menyesap rasa manis dalam iman. Hal ini sebagaimana sabda
Rasulullah,
ذَاقَ طَعْمَ الْإِيمَانِ مَنْ رَضِيَ بِاللَّهِ. رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ
دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولًا
“Telah merasakan iman siapa yang
ridha Allah sebagai rabbnya, Islam sebagai agamanya dan Muhammad sebagai
rasulnya.” (Hr.
Muslim)
Hadits yang mulia ini memastikan
bahwa iman memiliki rasa manis yang bisa disesap bagi orang yang merelakan diri
menjadikan Allah sebagai tuhan. Semakin penuh kerelaan itu di dalam hati
seseorang maka semakin besarlah rasa manis yang bisa dirasakan dan semakin
bertambahlah keimanan seseorang.
Jenis Kerelaan seperti ini adalah
kenikmatan yang besar yang diberikan oleh Allah kepada seorang hamba. Ia akan
terus mendapat petunjuk di jalan iman dan dituntun oleh Allah untuk selalau diridhai-Nya.
Seorang Ahli tafsir bernama Imam
al-Qurthubi mengatakan, maksud dari kata ذَاقَ طَعْمَ الْإِيمَانِ
adalah seorang mukmin mendapatkan manisnya iman. Hal ini sebagaimana hadits
yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik,
ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلَاوَةَ الْإِيْمَانِ: أَنْ
يَكُونَ اللهُ وَرَسُولُهُ أحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سَوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ
لاَ يُحِبُّهُ إلاَّ لِلهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ
أَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ، كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ
“ Ada Tiga
kondisi yang jika ada pada diri seseorang, ia akan meraih manisnya iman: (1) ketika
Allah Ta’ala dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya, (2) Ketika ia
mencintai seseorang, tidaklah mencintainya melainkan karena Allah Ta’ala, (3)
ia membenci untuk kembali kepada kekafiran—setelah Allah Ta’ala
menyelamatkannya darinya—sebagaimana ia benci apabila dilempar ke dalam api.” (Hr.
Bukhari)
Kalimat
ini adalah gambaran tentang keharusan yang pasti didapat dari seorang mukmin
dengan keimanannya. Hatinya akan tenang dengan iman tersebut. Ketenangan itu
berupa kelapangan dada dan cahaya hati mengenal tuhannya. Selain itu ia juga
akan semakin mengenal Rasulnya. Ia juga menyadari tentang nikmat Allah yang
telah dianugrahkan berupa Islam dan dituntun untuk selalu menempuh jalan
manusia terbaik yaitu jalannya Rasulullah. Selain itu ia juga dibuat untuk
selalu mencintai iman dan juga orang-orang yang beriman. Akan tumbuh juga
perasaan benci kepada kekufurann dan juga membenci orang-orang kafir. Ia juga
akan terselamatkan dari perbuatan buruk mereka.
Seorang
mukmin yang menyadari kenikmatan ini dan memahami keutamaan iman, hatinya akan
menjadi bahagia serta gembira. Hatinya dipenuhi dengan cahaya yang menerangi
hidupnya. Inilah kebahagiaan yang tidak ada tandingannya.
Maksud
dari ridha adalah merasa cukup. Maka orang yang telah ridha Allah sebagai
tuhannya, ia tidak akan pernah meminta kepada selain-Nya. Maka siapapun yang
telah ridha Muhammad sebagai Rasulnya, ia tidak akan pernah menempuh suatu
ajaran kecuali ajaran yang telah dibawanya. Sehingga orang-orang yang seperti
inilah orang yang pantas menyesap manisnya keimanan.
Ridha di
sini bisa bersifat umum dan bisa juga bersifat khusus. Ridha secara umum adalah
tidak menjadikan sesembahan kecuali hanya Allah saja. Tidak menganut agama
kecuali hanya agama Islam saja. Tidak menjadikan Rasul kecuali hanya Muhammad
saja. Inilah keridhaan yang harus dimiliki setiap muslim. Tanpa keridhaan ini
maka keislaman dia tidak dianggap.
Adapun
ridha secara khusus adalah sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang yang
sholih, yaitu keridhaan seorang hamba tidak memiliki ambisi kecuali keridhaan
tuhannya. Sehingga ia bisa mendurhakai perintah nafsu dan mengedepankan
ketaatan kepada Rabbnya. Keridhaan seorang hamba kepada Tuhannya merupakan
tanda keridhaan Allah kepadanya. Serang Sahabat mulia yang telah dijamin surga
yang bernama Umar bin Khattab mengatakan,
فأن الخير كله في الرضا
“Sesungguhnya
seluruh kebaikan itu terkumpul para keridhaan”
Ada juga
kisah seorang wanita yang baru melahirkan anaknya. Ia ditinggalkan oleh
suaminya di tengah padang pasir yang sepi dan tandus. Tanpa penduduk tanpa
sumber air tanpa pepohonan. Sejauh mata memandang hanya ada pasir, gunungan
pasir, dan dataran pasir. Beliau adalah Ibunda Sarah Istri dari al-Khalil Ibrahim
alaihissalam.
Ia
kemudian mengatakan kepada suaminya Ibrahim, “Wahai Ibrahim, kepada siapa
engkau meniggalkan kami?”
“Kepada
Allah” Jawab Ibramim.
“Kalau
begitu aku Ridha kepada Allah” jawab sarah.
Allah tahu
kualitas dari ibunda seorang nabi Ismail ini. Allah juga tahu ia adalah Istri
dari seorang Nabi Ibrahim, yang kualitas imannya pasti sangat baik. Dari
keturunan sarah inilah kemudian lahir manusia yang paling mulia dari keturunan
nabi Adam, penutup para nabi, Rasulullah shallahu alaihi wa sallam.
Orang-orang
yang telah ridha terhadap Allah sebagai tuhannya, ia akan mendapatkan
kemyamanan dalam menjalani kewajiban. Ia akan meninggalkan larangan tanpa
beban. Ia tidak merasakan nikmat kecuali dengan menjalankan syariat. Ia juga
akan ridha dengan Rasul sebagai panutan dalam menjalani sunnah dalam kehidupan.
Ia akan selalu komitmen dengan Islam dengan tanpa beban, ringan dan tanpa
alasan.
Hal ini
sebagaimana sang panutan Rasulullah, ia menjalankan kewajiban dengan ringan. Ia
mengatakan tentang kewajiban shalat,
وَجُعِلَتْ قُرَّةُ عَيْنِي فِي الصَّلاَةِ
“Shalat
telah menjadi penyejuk hatiku”
Dalam hadits
lain Ia mengatakan kepada seorang Bilal sang Mu’adzin Rasulullah,
يا بلالُ، أَقِمِ الصَّلاةَ، أَرِحْنا بها
“Wahai
Bilal, segera lantunkan iqamat, rilekskan kami dengan sholat wahai bilal”
Ya, Rasulullah adalah orang yang paling sempurna keridhaaanya kepada Allah.
Sehingga dalam menjalani kewajiban, ia bisa merasakan kenikmatan dari kewajiban
itu. Dalam pikiran beliau, kata ‘istirahat’ adalah dengan menjalankan sholat.
Sehingga dalam dalam sebuah hadits, karena saking banyaknya melakukan sholat
hingga kaki beliau menjadi bengkak-bengkak. Ia melakukan itu tanpa beban dan
dengan hati yang senang.
Karena
begitu pentingnya ridha dalam kehidupan seorang muslim, ada hadits yang mengajak
untuk berdzikir pada setiap selesai adzan yang bunyinya,
رضيت بِاللهِ رَبًّا ، وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا ، وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا
ورسولا
Artinya, “Aku
rela Allah menjadi tuhanku, aku rela Islam menjadi agamaku dan aku rela
Muhammad sebagai Rasulku”
Hadits ini
diriwayatkan oleh Muslim, dari Sa’id bin Abi Waqash, dari Nabi shallallahu
alaihi wa sallam.
Selain itu
juga disunnahkan untuk membaca dzikir ini pada setiap pagi dan petang. Hal ini
sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah,
ما من عبد يقول حين يمسي و حين يصبح: رضيت بالله ربا و بالإسلام دينا
و بمحمد نبيا ورسولا إلا كان حقا على الله أن يرضيه يوم القيامة
“Tidaklah seorang hamba yang
ketika masuk waktu petang maupun pagi membaca ‘radhitu billahi rabba wa bil
islami dina wa bi muhammadin nabiyya wa rasulaa’, kecuali menjadi kewajiban
Allah bagi dia untuk diridhai pada hari kiamat” (Hr. Ibnu
Majah dan Tirmidzi)
Dalam
hadits lain dari Abu Said al-Khurdhri ia mendengar Rasulullah bersabda,
رَضِيتُ بِاللَّهِ رَبًّا ، وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا ، وَبِمُحَمَّدٍ
رَسُولًا ، وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ
“Barang siapa yang mengatakan
‘radhitu billahi rabba wa bil islami dina wa bi muhammadin nabiyya wa rasulaa’
maka ia pasti masuk surga” (Hr. Muslim 1884)
Jamaah
sholat jum’at rahimakumullah….
Inilah
janji Allah kepada setiap mukmin yang meridhai Allah sebagai tuhannya. Dan
Allah adalah dzat yang tidak mungkin mengingkari janji.
Jamaah
yang dirahmati Allah…
Sifat
tidak ridha adalah sifat orang-orang munafik. Banyak orang yang dalam kondisi lapang
bisa ridha dengan ketetapan Allah. Namun berbeda halnya dalam kondisi sempit
mulai tampaklah tabiat asli seseorang. Ia bisa saja lebih mengutamakan
keridhaan kepada makhluk daripada kepada Allah. Orang-orang seperti ini lebih
mementingkan kedudukan, pangkat dan harta atau lebih takut dengan gangguan dari
manusia. Padahal ia tahu bahwa keridhaan Allah bagi seorang mukmin adalah
segalanya. Hal ini sebagaimana yang difirmankan oleh Allah,
يَحْلِفُونَ بِاللّهِ لَكُمْ لِيُرْضُوكُمْ وَاللّهُ وَرَسُولُهُ أَحَقُّ
أَن يُرْضُوهُ إِن كَانُواْ مُؤْمِنِينَ -٦٢-
“Mereka
bersumpah kepadamu dengan (nama) Allah untuk menyenangkan kamu, padahal Allah
dan Rasul-Nya lebih pantas mereka mencari keridaan-Nya jika mereka orang
Mukmin.” (Qs. al-Taubah: 62)
Betapa banyak
orang-orang seperti ini, yang dalam pikiran mereka ridha Allah itu lebih baik
dari pada ridha manusia. Na’udzubillah ini adalah sifat munafik yang
harus dijauhi oleh orang yang beriman.
Demikian
khutbah pertama ini
اللهم ارضنا وارض عنا، وعن الدنيا، و عن إخواننا المسلمين، إنك سميع
مجيب
اقول هذا القول، و أستغفر الله لي ولكم ولسائر المسلمين من كل ذنب
فاستغفروه، إنه هو الغفور الرحيم
Khutbah
Kedua
الحمد لله حمدًا طيبًا كثيرًا مباركًا فيه كما يحب ربنا ويرضى، أحمده
حمدًا يليق بجلاله وعظمته، وأشكره شكرًا يوازي فضله ونعمته، وأشهد أن لا إله إلا
الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدًا عبده ورسوله صلى الله وسلم وبارك عليه وعلى
آله وأصحابه ومن اهتدى بهداهم إلى يوم الدين.
Kaum
muslimin yang dirahmati Allah…
Sebagai
seorang hamba yang beriman, hendaknya kita bersyukur kepada Allah atas semua
nikmat yang telah diberikan kepada kita.
Selain itu
mari kita jalankan ketaatan dengan menjauhi larangan dan menjalankan semua
perintahnya. Sebagai bentuk kerelaan kita menjadikan Allah sebagai tuhan,
Muhammad sebagai Rasul dan Syariat Islam sebagai Agama.
Mari kita tutup khutbah kita pada siang hari ini dengan berdo’a
ألا فاتقوا الله ربكم، وارضوا به ربًّا، وبالإسلام دينًا، وبمحمد -
صلى الله عليه وسلم - رسولاً، واثبتوا على ذلك إلى الممات، جعلني الله وإياكم من
أهل الثبات.
اللهم إنا نشهدك ونشهد ملائكتك وجميع خلقك بأننا قد رضينا بك ربًّا،
وبالإسلام دينًا، وبمحمد -صلى الله عليه وسلم- رسولاً،
اللهم فثبتنا على ذلك إلى أن نلقاك، اللهم إنا نعوذ بك أن نضل أو
نُضل، أو نفتن أو نُفتن،
ربنا لا تزغ قلوبنا بعد إذ هديتنا وهب لنا من لدنك رحمة إنك أنت
الوهاب،
فاتقوا الله عباد الله، وصلوا وسلموا على من أمركم الله بالصلاة عليه
فقال: ﴿ إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ
يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ
وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا ﴾ ]الأحزاب: 56[
اللهم صلي وسلم على عبدك ورسولك محمد، وعلى آله وصحبه، وارض اللهم عن
البررت الأتقياء، أبي بكر وعمر وعثمان وعلي، وعن جميع الصحابة والتابعين لهم
بإحسان.
اللهم أعز الإسلام والمسلمين، وأذل الشرك والمشركين، واحم حوزة
الدين، واجعل هذا البلد آمناً مطمئناً وسائر بلاد المسلمين يا رب العالمين.
اللهم آمنا في أوطاننا وأصلح أئمتنا وولاة أمورنا، واجعل ولايتنا
فيمن خافك واتقاك واتبع رضاك يا رب العالمين.
اللهم وفق ولي أمرنا وأَعِنه على البِّر والتقوى، وسدِّده في أقواله
وأعماله، وارزقه البطانة الصالحة الناصحة،
اللهم وفق جميع ولاة أُمور المسلمين للعمل بكتابك، واِتباع سنة نبيك
-صلى الله عليه وسلم-. اللهم إنا نسألك ألسنة ذاكرة صادقة، وقلوباً سليمة،
وأخلاقاً مستقيمة برحمتك يا أرحم الراحمين.
اللهم إنا نسألك رضاك والجنة ونعوذ بك من سخطك والنار.
اللهم اختم لنا بخاتمة السعادة، واجعلنا ممن كتبت لهم الحسنى وزيادة،
يا كريم يا رحيم.
﴿ رَبَّنَا
آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ ﴾ ]البقرة: 201[
عباد الله: إن الله يأمر بالعدل والإحسان وإيتاء
ذي القربى وينها عن الفحشاء والمنكر والبغي يعضكم لعلكم تذكرون، فذكروا الله
الجليل يذكركم، واشكروه على نعمه يزدكم، ولذكر الله أكبر والله يعلم ما تصنعون.
Comments